Salin Artikel

Mati Terjangkit PMK, Ratusan Sapi di Pujon Malang Dikubur Massal

Berdasarkan laporan camat, tercatat sebanyak 373 ekor sapi mati akibat PMK, dari total populasi sapi sebanyak 23.807 ekor.

"Kalau jumlah sapi yang terpapar di Kecamatan Pujon ini sebanyak 7.322 ekor. Sedangkan angka kesembuhan sebanyak 3.373 ekor," ungkap Camat Pujon Ahmad Taufik melalui pesan singkat, Rabu (15/6/2022).

Banyaknya kasus kematian sapi itu, membuat sejumlah desa di kawasan tersebut mengubur massal bangkainya dalam satu tempat, termasuk di Desa Pujon Kidul.

Pemerintah desa setempat terpaksa mengubur bangkai sapi-sapi yang sudah mati dalam satu lubang, bertempat di salah satu lahan milik Perhutani.

"Kami kerjasama dengan Perhutani, untuk meminjam lahan yang tidak ada tanamannya sebagai tempat penguburan bangkai sapi yang mati akibat PMK," ungkap Kepala Desa Pujon Kidul, Udi Hartoko melalui sambungan telepon.

Menurut Udi, penguburan massal itu tidak hanya terjadi di desanya. Namun hampir merata di desa-desa lain yang berada di kawasan Kecamatan Pujon.

"Semua desa yang berbatasan dengan lahan Perhutani, juga bekerjasama untuk dijadikan tempat penguburan. Sebab kalau tidak begitu, maka berisiko menular pada sapi-sapi yang lain," jelasnya.

Kecuali, apabila salah satu peternak memiliki lahan pribadi sebagai tempat penguburan, maka sapi ternak yang mati akan di kubur di lahan miliknya sendiri.

"Kalau tidak punya lahan, maka pemerintah desa akan membantu untuk membawa ke tempat penguburan masal itu, dengan prosedur yang sudah ditentukan," ujarnya.

Udi mencatat, angka kematian sapi akibat PMK di desanya saat ini sebanyak 115 ekor, dari sekitar 2.000 ekor populasi sapi di kawasan tersebut.

"Sedangkan jumlah sapi yang terpapar PMK di desa kami tercatat sebanyak 1.151 ekor," jelasnya.

Pemerintah Desa Pujon Kidul terus mengupayakan penanganan untuk menekan angka kematian sapi yang terpapar PMK. Melalui anggaran Pendapatan Asli Desa (PADes) mereka membelanjakan sejumlah obat-obatan untuk didistribusikan kepada warga terdampak.

"Mayoritas mata pencaharian warga kami adalah peternak sapi perah. Maka sebagai tanggung jawab Pemerintah Desa untuk ketahanan pangan desa, kami turut membantu warga membelikan obat-obatan bagi sapi yang terpapar PMK," tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan juga membenarkan banyaknya kasus kematian sapi di kecamatan tersebut.

Bahkan, tidak hanya di Pujon, Kecamatan Ngantang dan Kasembon juga mengalami hal yang sama. Hanya saja, menurutnya, angka kematian itu tidak masuk dalam pendataannya.

"Data kami hanya jumlah hewan yang terpapar PMK. Secara umum di Kabupaten Malang kasus PMK sebanyak 7.554 ekor, dan tersebar di 20 Kecamatan. Tapi bisa jadi angka di lapangan lebih dari itu. Sebab data yang masuk kepada kami terbatas," ujarnya.

Sementara untuk penanganannya, pihaknya terus menggalakkan pendampingan dan pengobatan  pada hewan-hewan yang sudah terkonfirmasi positif PMK.

"Khususnya di tiga kecamatan itu, Ngatang, Kasembon, dan Pujon, kami tambah tenaga penanganan," pungkasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/06/15/172540078/mati-terjangkit-pmk-ratusan-sapi-di-pujon-malang-dikubur-massal

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com