Salin Artikel

15 Warga Papua Ikuti Pelatihan Pembuatan Perahu Fiber di ITS, Ini Harapan Mensos Risma

Belasan PKM itu terdir dari lima warga Kabupaten Yapen, lima orang dari Kabupaten Jayapura, dan lima orang dari Kabupaten Asmat.

Mereka mengikuti program pelatihan selama 12 hari, mulai 1 Juni hingga 12 Juni 2022.

Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan, pelatihan pembuatan perahu fiber yang diikuti 15 peserta asal Papua ini bertujuan melepaskan ketergantungan dari keterikatan bantuan sosial.

Harapannya, melalui program kewirausahaan sosial ini, para peserta bisa secara mandiri mengembangkan potensi usahanya nanti.

"Jadi, awalnya mereka minta kapal, terus saya sampaikan, oke. Tetapi mereka harus belajar buat sendiri supaya mereka mengerti atau bahkan bisa menjadikan tempat atau ruang untuk berusaha," kata Mensos Risma di Fakultas Teknik Perkapalan ITS Surabaya, Jumat (10/6/2022).

Risma menjelaskan, para peserta yang diajak untuk ikut pelatihan pembuatan kapal tersebut terkejut mendengar ajakannya.

Risma lalu meminta bantuan Rektor ITS untuk memberikan pelatihan dan praktik langsung pembuatan perahu fiber.

"Jadi, saya sampaikan itu (tentang pelatihan membuat kapal fiber), mereka agak kaget. Setelah itu, saya langsung ke ITS minta bantuan, saya jelaskan saat itu kepada Pak Rektor langsung," ucap Risma.

Risma menyebut, Program Kewirausahaan Sosial ini tak hanya menggandeng ITS. Pihaknya juga berkolaborasi dengan Universitas Cendrawasih, Papua, agar masyarakat Papua yang mengikuti pelatihan bisa mandiri.

"Saya hubungi Universitas Cendrawasih (Uncen), dan ternyata Uncen juga siap untuk bekerja sama dan sekarang ini terwujud," ucap Risma.

Pada perjalanannya, banyak daerah yang memang membutuhkan perahu fiber. Sehingga, 15 peserta asal Papua ini ditargetkan akan memproduksi sebanyak 51 perahu fiber.

"Ada permintaan dari beberapa daerah di Papua, di antaranya di Asmat 27 unit kapal, Yapen 12 unit, Sarmi 2 unit, fan Mambramo 10 unit," kata Risma.

"Ini tadi saya minta 17 Agustus 2022 selesai. Semoga bisa cepat prosesnya," tutur Risma.

Selain pelatihan pembuatan perahu fiber, Risma juga memberikan sejumlah workshop kepada masyarakat Papua. Mulai dari pelatihan menjahit, bercocok tanam hingga pengolahan garam.

"Kami juga memberi pelatihan lain. Jadi, kami akan ambil mama-mama dari atas gunung dan juga di pantai kami training untuk menjahit. Ke depan kami juga ajari mereka membuat bahan kainnya. Kami juga pikirkan untuk buat sutra di sana, kemudian ditenun. Sehingga mereka nanti bisa mandiri," kata Risma.


Sedangkan untuk pelatihan bercocok tanam, Risma akan memberikan pelatihan tersebut kepada anak-anak muda di Papua.

"Kami ingin pertanian mereka lebih maksimal dengan pengetahuan. Kemudian, kami akan training tentang pengolahan makan. Jadi, nanti kami tanam pepaya dan macam-macam buah-buahan, nanti bisa diolah untuk makanan olahan. Nanti kalau hasil ikannya lebih banyak di sana, kami alan ajari pengolahan ikan," tutur Risma.

Program kewirausahaan sosial lain untuk warga Papua juga ada di bidang otomotif, branding produk, hingga packaging.

Risma juga berencana memberi pelatihan membuat minyak goreng dari bunga matahari.

"Ada program yang banyak lagi, ada bengkel, pembuatan packaging, branding kami ajari. Mereka (masyarakat Papua) sudah bergerak, nantinya di beberapa tempat itu kami akan tanam bunga matahari. Kami ajari cara membuat minyak goreng dari bunga matahari," tutur Risma.

"Kabupaten Kepulauan Yapen masih dalam sistem manual, tetapi kami banyak terima kasih kepada mama menteri yang telah memprogramkam kami, sehingga kami ada di ITS. Kami sangat bersyukur," kata Yohanis.

Selama mengikuti proses pelatihan pembuatan perahu fiber, ia mengaku didampingi dan dilatih oleh beberapa dosen dan mahasiswa ITS.

"Walaupun waktunya singkat, bagi kami ini sungguh ilmu yang sangat bermanfaat. Kami juga mampu menyelesaikan pengerjaan perahu fiber. Ini menandakan kami punya tekad yang besar," ucap Yohanis.

Usai mendapatkan pelatihan dari ITS, ia mengaku akan mentransfer ilmu yang didapat untuk diberikan kepada anak-anak muda di Papua.

Dengan melatih anak-anak muda di Papua, ia berharap secara bersama-sama dapat menciptakan lapangan kerja dengan memproduksi perahu fiber secara massal.

"Agar ke depan, kami dan anak-anak Papua bisa mandiri dan kami semua bisa menghidupi keluarga kami, bahkan anak-anak kami," kata Yohanis.

Sekembalinya ke Papua, dirinya akan berkoordinasi dengan rekan-rekan yang memiliki lahan untuk digunakan sebagai tempat usaha atau produksi pembuatan perahu fiber.

"Saudara-saudara kami punya lahan yang dimiliki di sana. Jadi, mungkin kami buka lapangan kerja di sana dengan bahan yang kami siapkan di lahan yang kami buka untuk memperluas lahan kerja di kabupaten Kepulauan Yapen," ujar dia.

Terkait material pembuatan kapal, dirinya akan mengusulkan kepada pemerintah agar bisa memberikan bantuan.

"Karena baru pertama kali dilatih di sini dengan peralatan yang sudah ada di sini. (Bantuan bahan) itu yang kami harapkan setelah kami kembali pada hari Minggu, itu yang mungkin kami usulkan," tutur Yohanis.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/06/11/103053878/15-warga-papua-ikuti-pelatihan-pembuatan-perahu-fiber-di-its-ini-harapan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke