Salin Artikel

Buntut Video Pria Menikahi Domba, MUI Gresik Sebut sebagai Penistaan Agama, 4 Orang Minta Maaf

Mereka kompak menyatakan, kegiatan tersebut sebagai penistaan agama.

Pernyataan itu terungkap, setelah MUI dan Ormas Islam di Gresik menggelar rapat koordinasi dan melakukan klarifikasi langsung dengan mereka yang terlibat dalam kegiatan ritual pernikahan nyeleneh tersebut di aula MUI Gresik, Kamis (9/6/2022).

Para pembuat konten dinilai telah menyimpang dari agama Islam, termasuk mencoreng nama baik Gresik yang berjuluk Kota Santri.

Ketua MUI Gresik KH Mansoer Shodiq mengatakan, dari hasil rapat yang dilakukan akhirnya disepakati empat poin utama terkait kegiatan tersebut.

Yakni, manusia yang melakukan pernikahan dengan binatang, bertentangan dengan syariat Islam.

"Penggunaan tata cara nikah secara agama Islam dengan sighat (bentuk akad) dan tata laksana dalam pernikahan tersebut adalah bentuk penistaan terhadap agama, kemanusiaan, budaya dan pencemaran nama baik Kabupaten Gresik yang merupakan Kota Santri," ujar Mansoer, usai rapat kepada awak media, Kamis.

Selain itu, kata Mansoer, hasil rapat juga menyatakan bila mereka yang terlibat meyakini kegiatan tersebut sebagai tindakan yang benar, maka pelaku dan mereka yang terlibat dihukumi keluar dari Islam. Sehingga semua yang terlibat wajib bertobat dan meminta maaf kepada masyarakat.

"Berdasarkan itu, maka pernikahan yang terjadi dan sengaja dilakukan tersebut dikategorikan sebagai penodaan agama Islam," ucap Mansoer.


Atas dasar tersebut, MUI dan Ormas Islam di Gresik kemudian merekomendasikan kepada aparat penegak hukum untuk menindak tegas mereka yang telah melakukan penodaan terhadap agama Islam, sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

"Pemerintah wajib mencegah setiap penodaan agama Islam, dengan tidak melakukan pembiaran atas perbuatan tersebut. Aparat juga diminta proaktif melakukan penegakan hukum secara tegas, cepat, proporsional dan profesional," kata Mansoer.

Mansoer menambahkan, masyarakat seharusnya mengamalkan ajaran sesuai ketentuan agama. Di satu sisi, warga juga diminta untuk tetap tenang dan menyerahkan upaya penanganan bagi mereka yang terlibat dalam kegiatan tersebut kepada aparat penegak hukum, sambil tetap mengawasi praktik penodaan agama yang terjadi dan melaporkannya kepada aparat berwenang.

"Masyarakat kami imbau tetap tenang dan tidak melakukan cara yang bertentangan dengan hukum. Kami harap, pelaku segera melakukan pertobatan dan meminta maaf kepada umat Islam sepenuhnya," tutur Mansoer.

Minta maaf

Usai pernyataan sikap dibacakan MUI Gresik, mereka yang terlibat dalam kegiatan ritual pernikahan nyeleneh tersebut, kemudian diberi kesempatan untuk menyampaikan pandangannya.

Empat orang yang terlibat, semuanya mengakui kesalahan dan melakukan pertobatan. Mereka meminta maaf atas apa yang telah dilakukan.

Mereka yakni Arif Syaifullah selaku pembuat konten, Saiful Arif yang merupakan mempelai pria dalam kegiatan pernikahan nyeleneh tersebut, Krisna yang berperan menikahkan (penghulu), serta Nurhudi Didin Arianto selaku pemilik Pesanggrahan Keramat Ki Ageng yang ditempati oleh kegiatan pernikahan nyeleh tersebut.

"Saya menyatakan bertobat dan meminta maaf atas peran sebagai pengantin lelaki, saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Saya juga mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, atas kejadian tersebut," kata Saiful.

Seperti diberitakan, ritual pernikahan nyeleneh tersebut dilakukan oleh Saiful Arif warga Desa Klampok, Kecamatan Benjeng, Gresik dengan domba yang diberi nama Sri Rahayu, yang disimbolkan sebagai anak dari Sri Kinasih. Agenda ini dilaksanakan di tempat milik Nurhudi, kemudian divideokan hingga menuai kontroversi.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/06/09/155032378/buntut-video-pria-menikahi-domba-mui-gresik-sebut-sebagai-penistaan-agama-4

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com