Salin Artikel

Kisah Perjuangan Tukang Kayu dan Penjual Pentol Naik Haji

Mereka berjuang mengumpulkan uang sedikit demi sedikit hingga bisa menjalankan rukun Islam kelima.

Kisah tukang kayu naik haji

Zaenuri ialah seorang tukang kayu asal Blabak, Kota Kediri, Jawa Timur yang menjadi calon haji tahun ini.

Kakek dari lima cucu ini menabung sejak 1984 dari penghasilannya menjadi tukang kayu.

"Saya memang menabung sedikit demi sedikit sejak tahun 1984," ujar Zaenuri pada Kompas.com, Selasa (7/6/2022).

Dia mulai menyisihkan Rp 2.000 dari upahnya Rp 7.000 dalam sepekan dan terus bertambah sesuai dengan kenaikan upahnya.

"Hingga akhirnya cukup untuk mendaftar haji di tahun 2011," lanjut kakek yang mengaku hingga kini masih menjalani profesinya sebagai tukang kayu itu.

Di usianya yang berkepala enam ini, Zaenuri masih enerjik, bahkan ditunjuk sebagai ketua regu dari 10 jemaah calon haji lainnya.

Namun sayangnya, Zaenuri kali ini tidak bisa pergi bersama istri tercintanya karena sudah meninggal dunia.

"Seharusnya saya berangkat bersama istri. Namun dia telah meninggal tahun 2017. Dia yang menemani saya mulai dari zaman susah," ujar Zaenuri lirih.

Warga Desa Tanjungtani, Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur ini mendaftar haji sejak 2010.

“Insya Allah nanti tanggal 10 (Juni) kita berangkat ke Arab,” kata Afandi kepada wartawan, Selasa.

Dia menceritakan perjuangannya yang harus mencicil biaya haji setiap bulannya sebesar Rp 500.000.

“Setelah saya daftar haji, saya terus menabung tiap bulan, sedikit-sedikit dari hasil jualan es lilin dan jualan jajan-jajan di sekolah maupun di tempat (lainnya),” tutur Afandi.

Afandi konsisten menyisihkan uang hasil jualannya.

“Kami sekeluarga, sama istri saya semangat terus tiap bulan, kami menabung mulai tahun 2010 sampai 2018 sudah lunas, tiap bulan kami menabung Rp 500.000,” lanjut dia.

Guru honorer di SMK Al Asyariyah Prambon itu akhirnya mendapat undangan dari Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nganjuk dan diproyeksikan berangkat tahun 2020.

“Ternyata tahun 2020 itu gagal tidak jadi berangkat karena ada musibah internasional yaitu corona,” paparnya.

Setelah pandemi mereda, Afandi kembali dipanggil untuk berangkat haji tahun ini.

“Alhamdulillah saya katut, nama saya bisa tahun ini naik haji ke Makkah. Namun istri saya enggak katut, karena daftarnya dulu tidak sama (tidak berbarengan),” jelasnya.

Sang istrinya diproyeksikan berangkat pada 2023.

Meski agak kecewa karena tidak bisa berangkat bersama, istri Afandi sudah ikhlas dan memahami.

“Akhirnya istri saya memahami, dan menyadari bahwa Insyaallah tahun depan tahun 2023 nanti bisa naik haji ke Makkah,” lanjut dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis: M Agus Fauzul Hakim, Usman Hadi | Editor: Andi Hartik, Dheri Agriesta)

https://surabaya.kompas.com/read/2022/06/08/100745278/kisah-perjuangan-tukang-kayu-dan-penjual-pentol-naik-haji

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke