Salin Artikel

Cerita Calon Jemaah Haji Tertua di Kediri: Saya Menabung Sedikit demi Sedikit sejak 1984

Keberangkatan warga Kelurahan Blabak dalam menjalankan rukun Islam yang ke lima itu adalah buah dari etosnya yang tiada tara.

Bahkan, bisa disebut berkah dari kesabaran maupun ketelatenannya yang luar biasa.

Sebab, kakek dari lima cucu yang berprofesi sebagai tukang kayu ini telah menyiapkan rencananya itu sejak puluhan tahun silam.

Tepatnya sekitar 1984, di mana ia mulai meneguhkan hati untuk mewujudkan mimpinya, yaitu beribadah di Tanah Suci.

"Saya memang menabung sedikit demi sedikit sejak tahun 1984," ujar Zaenuri kepada Kompas.com, Selasa (7/6/2022).

Zaenuri menceritakan, di tahun itu, upah yang didapat dari profesinya sebagai tukang kayu sebesar Rp 1.000 per hari yang berarti Rp 7.000 seminggu.

Dari besaran upahnya seminggu itu dia senantiasa menyisihkan Rp 2.000 untuk ditabung. Dia menyimpannya sendiri di rumah.

Besaran nominal yang ditabungnya itu lambat laun semakin membesar seiring dengan meningkatnya nominal gaji tukang yang didapatnya.

"Hingga akhirnya cukup untuk mendaftar haji di tahun 2011," lanjut kakek yang mengaku hingga kini masih menjalani profesinya sebagai tukang kayu itu.

Setelah mendaftar haji, Zaenuri lantas mengajak serta Kasemi, istrinya, untuk turut serta menemaninya pergi berhaji.

Kebetulan istrinya juga mendapatkan uang pensiun dari tempat kerjanya di sebuah pabrik rokok besar di Kediri pada 2015.

Namun, takdir berkehendak lain. Zaenuri tidak bisa mengajak serta istri yang dinikahinya padaa 1980 itu berhaji bersama.

Perempuan yang telah mengisi hidupnya dalam suka maupun duka itu kini telah meninggalkannya untuk selama-lamanya.

"Seharusnya saya berangkat bersama istri. Namun dia telah meninggal tahun 2017. Dia yang menemani saya mulai dari zaman susah," ujar Zaenuri lirih.

Namun demikian, Zaenuri tetap berkomitmen mewujudkan cita-cita istrinya itu berhaji, meski dengan cara badal haji atau haji yang pelaksanaannya digantikan oleh orang lain.

"Insya Allah nanti ikut badal haji. Sudah saya daftarkan," ungkap kakek kelahiran 17 Agustus 1957 ini.


Ketua Regu

Meski menyandang gelar sebagai haji tertua, Zaenuri masih enerjik. Bahkan pada keberangkatan nanti dia didaulat sebagai ketua regu yang membawahi 10 calon jemaah haji lainnya.

Rahasia kebugarannya, Zaenuri mengungkapkan, selain aktivitas sebagai tukang kayu yang ditekuninya hingga kini adalah berpikir positif dan olahraga.

"Olahraganya jalan kaki rutin," ungkap kakek kelahiran 17 Agustus 1957 ini.

Jemaah Haji Termuda

Jika Zaenuri merupakan calon jemaah haji tertua, calon haji termuda di Kota Kediri adalah Teguh Dwi Santoso.

"Saya sempat kaget, tapi juga senang bisa berhaji," ujar Teguh.

Statusnya sebagai calon haji "dadakan" itu sempat membuatnya harus banyak belajar untuk mengejar jadwal pemberangkatan yang kurang dua tahun.

Dia banyak mempersiapkan diri, termasuk mengikuti manasik haji di kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) Nahdlatul Ulama.

"Alhamdulillah saat itu semua sudah siap. Tapi yang rencananya berangkat tahun 2020, menjadi mundur karena pandemi," lanjut pemuda yang berprofesi sebagai sopir kendaraan material bangunan ini.

Perasaan Lega Setelah Sempat Tertunda Berangkat

Zaenuri maupun Teguh mengaku cukup lega dan sangat bersyukur karena akhirnya bisa berangkat ke Tanah Suci tahun ini.

Sebab keberangkatan haji mereka yang sedianya berlangsung pada 2020 sempat tertunda akibat adanya pandemi Covid-19.

Warga Jalan Semeru, Kelurahan Campurejo, itu merasa bahagia akhirnya bisa berangkat memenuhi panggilan Allah ke Tanah Suci tahun ini.

"Kami daftar tahun 2011 dan rencananya berangkat tahun 2020 kemarin," ujar Muchtar yang berprofesi sebagai wartawan itu.

Meski sempat sedih karena mundurnya keberangkatan, tetapi menurutnya ada sisi positifnya. Muchtar bisa mempersiapkan segala sesuatunya lebih maksimal lagi.

"Mohon doanya semoga diberi kelancaran dan tidak kurang apa pun," jelasnya

Sekadar diketahui, jumlah calon jamaah haji Kota Kediri tahun keberangkatan 2022 ini sebanyak 89 orang. Terdiri dari 37 laki-laki dan 52 perempuan.

Mereka tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 8 bersama Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Kediri, dan Kota Surabaya.

Rencananya para calon jemaah haji asal Kota Kediri itu berangkat dari Balai Kota Kediri menuju Asrama Haji Surabaya lalu bertolak ke Tanah Suci pada 10 Juni 2022 dan kembali pada 21 Juli 2022.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/06/08/073753478/cerita-calon-jemaah-haji-tertua-di-kediri-saya-menabung-sedikit-demi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke