Salin Artikel

Buruh Ladang di Trenggalek Ditemukan Tewas di Gubuk

Korban meninggal diduga karena mengalami sakit jantung, Sabtu (28/5/2022).

Diketahui, korban Bernama Sunarto (58), warga Desa Jarak, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Korban meninggal dunia ditemukan oleh warga, sekitar pukul 07.00 WIB di dalam gubuk yang berada di lahan garapan kawasan Perhutani Blok Bajon Hutan Pangkuan Desa (HPD), Desa Bendoroto, Kecamatan Munjungan, Trenggalek.

“Kawasan hutan tersebut, juga ditanami cengkih, kapulaga  serta durian yang dikelola oleh warga,” terang Kasatreskrim Trenggalek Iptu Agus Salim di kawasan Polres Trenggalek, Sabtu (28/5/2022).

Korban meninggal dunia tersebut ditemukan oleh salah satu saksi yang juga merupakan rekan korban.

Seperti hari biasa, sebelum beraktivitas di kebun, saksi mampir ke gubuk korban, yang juga dijadikan sebagai tempat tinggal.

“Korban tinggal di gubuk sebagai buruh ladang, yakni merawat, memetik cengkih dan kapulaga,” terang Iptu Agus Salim.

Karena korban tidak kunjung keluar ketika dipanggil oleh rekannya dari luar, kemudian saksi masuk ke dalam gubuk untuk melihat situasi.

“Saking lamanya hubungan korban dan pemilik lahan sudah seperti saudara,” terang Iptu Agus Salim.

Saksi menemukan korban dalam keadaan tengkurap di lantai dengan kondisi mulut dan hidung mengeluarkan darah.

“Saksi tidak melihat korban beraktivitas, kemudian mendatangi gubuk dan memanggil korban. Karena tidak ada jawaban korban, saksi masuk gubuk dan mendapati korban tengkurap di lantai,”ujar Iptu Agus Salim.

Saksi sempat berupaya membangunkan korban, namun tidak ada reaksi.

Melihat kejadian tersebut, saksi menghubungi pemilik gubuk serta lahan yang digarap korban.

Setelah korban dipastikan meninggal dunia, pemilik lahan melaporkan kejadian tersebut ke kepala desa setempat dan diteruskan ke Polsek Munjungan.

Berdasarkan laporan tersebut, sejumlah anggota Polsek Munjungan mendatangi lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) serta pemeriksaan saksi.

Korban kemudian dibawa ke rumah pemilik lahan di Desa Bangun, Kecamatan Munjungan.

Diketahui, tidak ada tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban, maupun tanda tindak pidana lain. Selain itu, korban diketahui memiliki riwayat sakit jantung.


Barang bukti

Dari beberapa barang bukti di lokasi, terdapat kopi serta putung rokok, diduga korban meninggal dunia akibat tersedak.

“Diduga, korban meninggal dunia akibat tersedak setelah minum kopi dan merokok. Sehingga muntah darah. Karena tidak segera tertolong akhirnya meninggal dunia,” ujar Iptu Agus Salim.

Juga dijelaskan oleh polisi, korban memiliki kebiasaan minum kopi dan merokok. Korban juga sering mengalami sakit.

“Seperti yang dijelaskan oleh saksi, selama ini kondisi korban memang kurang sehat,” terang Iptu Agus Salim.

Dijelaskan secara rinci oleh polisi, korban kerja sebagai beruh kerja di ladang tersebut, selama lima tahun terakhir.

Selama berkerja sebagai buruh ladang tersebut, korban bertempat tinggal di lahan garapannya yang jauh dari permukiman.

Setiap dua minggu sekali, korban turun gunung ke rumah pemilik lahan di Desa Bangun, untuk membeli kebutuhan selama di dalam kawasan hutan.

“Dua minggu sekali, korban keluar hutan berkunjung ke rumah pemilik lahan, untuk membeli keperluan selama tinggal dalam gubuk,” terang Iptu Agus Salim.

Pemerintah Desa Bangun serta pemilik lahan garapan telah berkoordinasi dengan keluarga korban, yang berada di Jombang,

Pihak Keluarga telah menerima kematian Korban sebagai musibah karena sakit. Selanjutnya, korban dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Desa Bangun kecamatan Munjungan Trenggalek.

“Proses pemakaman disaksikan oleh anak kandung korban serta beberapa keluarga korban dari kabupaten Jumbang,” ujar Iptu Agus Salim.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/05/29/071507278/buruh-ladang-di-trenggalek-ditemukan-tewas-di-gubuk

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com