Salin Artikel

KNKT Soroti Jam Kerja Sopir di Luar Batas hingga Sebabkan Kecelakaan Maut Tol Sumo

Ketua Sub Komite Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT, Ahmad Wildan (53) menyebutkan, jam kerja sopir sudah melebihi batas kewajaran sehingga sopir mengalami kelelahan.

"Rentang waktu kerja yang diambang batas bahkan di luar kemampuan manusia itulah memicu kelelahan akut sehingga menurunkan performa dari kedua awak kendaraan, baik pengemudi maupun pembantu pengemudi," kata Wildan dilansir dari Surya.co.id, Sabtu (21/5/2022).

Hal tersebut terungkap setelah KNKT melakukan investigasi selama tiga hari pada 17-20 Mei 2022 untuk menyelidiki penyebab kecelakaan bus pariwisata PO Ardiansyah yang menewaskan 16 orang.

"Jadi selama investigasi kita sudah menemukan yang kita cari ada dua yakni pertama penyebab terjadinya kecelakaan dan penyebab terjadinya peningkatan fatalitas korban (meninggal)," jelas dia.

Dia menduga kuat sopir Adi Ardiyanto (31) asal Menganti, Gresik maupun pembantu pengemudi atau kernet Ade Firmansyah (29) warga Kelurahan Sememi, Benowo, Surabaya mengalami kelelahan.

Sebab keduanya berangkat dari Surabaya berwisata ke Dieng, Jawa Tengah pada Sabtu (14/5) malam dan pulang Senin (16/5) pagi.

Ade Firmansyah kemudian mengambil kendali mobil karena sang sopir yang bernama Adi tertidur.


Detik-detik kecelakaan

Sebelum kecelakaan, rombongan sempat turun di Rest Area Wilangan, Saradan untuk shalat subuh.

Sementara itu, pengemudi istirahat dan tidur di dalam bus.

Kemudian, sekitar pukul 05.30 WIB, ketika akan berangkat lagi, kernet melihat sopir tidur lelap sehingga tidak tega membangunkan dan berinisiatif mengambil alih kemudi.

Selain tak memiliki SIM, kernet Ade Firmansyah itu rupanya juga kelelahan.

"Tapi di sini permasalahnya bukan tidak kompeten tapi masalahnya dia lelah karena dari pengakuan yang bersangkutan menjelang titik tabrakan itu, dia sempat kehilangan kesadaran karena ngantuk tertidur sambil menyetir," ungkapnya.

Dalam investigasinya, Wildan juga mendapat pengakuan dari Ade Firmansyah yang tidak sadar saat bus bersentuhan dengan pagar pengaman jalan (guardrail) kurang lebih sepanjang 100 meter.

"Bahkan saat saya tanya, dia tidak tahu kendaraan menabrak rope jalan tol setinggi 20 sentimeter hingga ban depan bus meletus nggak tahu dia, sadar setelah kendaraannya menabrak tiang VMS (Variable Message Sign)," terangnya.

Dia juga mempertanyakan adanya bangunan keras di tepi jalan tol yang seharusnya tidak diperbolehkan.

"Apabila terdapat bangunan keras seharusnya dilengkapi pelindung seperti pagar pengaman jalan sehingga ini menjadi catatan kami. Kemudian, kami juga melihat tidak tersedia-nya sabuk keselamatan (seatbelt) sehingga beberapa penumpang terlempar saat terjadi benturan," ucap Wildan.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul KNKT Ungkap Penyebab Kecelakaan Maut Bus di Tol Sumo, Soroti Jam Kerja Sopir: Di Luar Batas Manusia

https://surabaya.kompas.com/read/2022/05/23/191647978/knkt-soroti-jam-kerja-sopir-di-luar-batas-hingga-sebabkan-kecelakaan-maut

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com