Salin Artikel

Saat Aneka Ria Srimulat Menjajal Keberuntungan di Jakarta... (3)

Pada tahun 1961, pimpinan Aneka Ria Srimulat memindahkan pusat aktivitas pertunjukan ke Surabaya.

Hal tersebut ditulis di jurnal pendidikan sejarah, Grup Lawak Aneka Ria Srimulat Surabaya Tahunn 1961-1989 yang ditulis Dwi Anni Esya dan Yohannes Hanan Pamungkas dari Universitas Negeri Surabaya.

Setelah mengalami jatuh bangun, Aneka Ria Srimulat berhasil meraih kejayaannya saat pindah ke Surabaya.

Pada tahun 1970, pola pertunjukan grup mereka diubah total dengan lawakan menjadi inti perunjukan.

Sementara nyanyian hanya selingan. Padahal sebelumnya, penyanyi menjadi hal yang paling ditunggu dalam pertunjukan. Hal itu juga dipengaruhi dengan meninggalnya sang bintang, Srimulat.

Tahun 1971, Srimulat tampil dengan pola baru dan ditandai dengan berhasilnya mereka memainkan cerita Dracula Johny Gudel. Di pertunjukan itu, setiap pemain bisa menunjukkan karakter masing-masing.

Para pelawak melakukan improvisasi melucu di atas panggung hingga cerita mengalir begitu saja.

Kala itu pembuatan film menghabiskan biaya Rp 30 juta. Dengan lahirnya film, tersebut, Aneka Ria naik ke level nasional.

Di tahun yang sama, 1972, mereka mendapatkan kesempatan pentas di Taman Isamail Marzuki Jakarta atas utusan Wali Kota Surabaya sebagai utusan daerah.

Ternyata hal tersebut menjadi awal grup lawak itu menguasai pertunjukan di Jakarta. Pada tahun 1974, Aneka Ria Srimulat memiliki lebih 3000 cerita untuk ditampilkan.

Pada tahun 1975, mereka kembali membuat film dengan judul Walang Kekek. Aneka Ria Srimulat pun mulai terkenal. Bahkan di tahun 1977, salam satu minggu mereka tampil selama sembilan kali. Pada Kamis malam dan Sabtu malam, pertunjukan dilakukan sebanyak dua kali.

Pada tahun 1979, Tessy bergabung. Ide aneh pun mulai muncul. Tessy sering memerankan tokoh wanita dan hal itu mampu membuat penonton tertawa.

Teguh pun melebarkan karir Aneka Ria Srimulat. Pada tahun 1979, ia kembali ke Solo dan membuka cabang Aneka Ria Srimulat Solo. Namun ternyata ia gagal.

Pada November 1979, Aneka Ria Srimulat membuka cabang di Jakarta dan mereka tampil di TIM selama sembilan malam berturut-turut,

Mereka kemudian mendapat jatah manggung dua atau tiga bulan sekali.

Salah satunya adalah Asmuni yang bergabung ke Srimulat setelah keluar dari grup lawak Lokaria di tahun 1976. Termasuk Tessy, Tarzan, Basuki, dan Timbul pada tahun 1979.

Pada periode 1970-1979, banyak anggota baru yang bergabung, namun ada banyak juga yang melepaskan diri yakni sekitar 40 orang.

Termasuk tiga pemain andalan mereka yakni Johny Gudel, Suroto dan Kardo.

Tahun 1980, Aneka Ria Srimulat masih mengiri rutin di TIM Jakarata. Sehingga kebutuhan pemain 60 persen diprioritaskan untik Jakarta.

Akibatnya pemain di Surabya lebih bekerja keras untuk menghibur penonton setianya.

Pada Oktober 1981, Aneka Ria Srimulat Jakarta diminta main permanen di Taman Ria Remaja Senayan.

Mereka pun kewalahan. Hingga sebagian besar pindah ke Jakarta dan meninggalkan Surabaya. Lagi-lagi, penampilan mereka diminati oleh masyarakat Jakarta dari berbagai kelas.

Tahun 1982, TVRI pun menampilkan Srimulat sebulan sekali dalam durasi 55 menit.

Sayangnya kesuksesan mereka di Jakarta berbanding terbalik dengan mereka yang ada di Surabaya. Para pemain pun ikut pindah ke Jakarta. Antara lain Asmuni, Tarzan dan Mamiek.

Karena banyak senior yang pindah ke Jakarta, peminat pertunjukan di THR Surabaya pun menurun.

Di tahun 1985, jumlah anggota Aneka Ria Srimulat mencapai 300 orang, namun sebagian besar di Jakarta.

Hingga akhirnya terhitung sejak April 1987, Aneka Ria Srimulat di Surabaya dihentikan dan tidak semua anggotanta kembali ke Solo.

Yang berkeluarga menetap di Surabaya walau sebagian menganggur. Pemerintah pun tak tinggal diam. Merekan dicarikan pekerjaan untuk anggota Srimulat agar bisa mengisi acara di hotel atau bar.

Pada tahun 1987, gedung pertunjukan THR Surabaya sudah perbaiki. Namun jumlah penonton tak banyak. Pada tahun 1989, Aneka Ria Srimulat memupunyai utang kepada THR Surabaya sebanyak 15 juta.

Pendapatan penjualan karcis tak bisa untuk menutup utang yang semakin hari bertambah.

Ditambah dengan dibangunnya kompleks THR Mall di depan gedung pertunjukan hingga gedung pertunjukan seperti terisolasi.

Tahun 1989, akhirnya Aneka Ria Srimulat Surabaya yang menjadi induk, dikalahkan oleh Aneka Ria Srimulat di Jakarta yang berhasil menyita perhatian masyarakat Ibu Kota.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/05/21/090900578/saat-aneka-ria-srimulat-menjajal-keberuntungan-di-jakarta-3

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke