Salin Artikel

Gara-gara Fotonya Viral, Pria Banyuwangi Ini Kerap Disebut Sosok Bima di KKN Desa Penari

Hingga Kamis (12/5/2022), film garapan sutradara Awi Suryadi ini sudah meraih lebih dari 4,5 juta penonton hanya dalam waktu 12 hari penayangan.

Film KKN di Desa Penari tayang di bioskop sejak 30 April 2021.

Tingginya animo masyarakat menonton film KKN di Desa Penari berimbas pada sektor wisata di Banyuwangi, Jawa Timur.

Menurut keterangan Manoj Punjabi, Banyuwangi kini mulai banyak dilirik wisatawan yang penasaran dengan lokasi KKN di Desa Penari.

Namun tak hanya Banyuwangi, kisah misteri KKN Desa Penari juga berdampak pada Mas Say Laros, pria warga Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi.

Fotonya kerap diunggah akun media sosial dan disebut sebagai sosok Bima yang ada di kisah tersebut.

Saat dihubungi Kompas.com, pria yang berprofesi sebagai guru tersebut membenarkan jika fotonya kerap dicomot dan disebut sebagai sosok Bima.

Foto tersebut adalah foto yang ia ambil saat berkunjung ke Situs Sumber Kaputren di wisata Rowo Bayu Songgon, Banyuwangi pada tahun 2017.

Saat itu ia membuat vlog untuk akun Youtubenya Mas Say Laros Banyuwangi.

"Viralnya foto itu sekitar 2 tahun lalu, saat awal-awal cerita KKN Desa Penari viral di Twitter. Awalnya saya enggak tahu, terus ada teman kuliah di Malang yang kirim foto saya yang disebut sebagai sosok Bima," kata Mas Say saat dihubungi Kompas.com Sabtu (14/5/2022).

Sebagai pegiat media sosial, ia berusaha mencari tahu awal fotonya viral di media sosial.

Usut punya usut, ternyata foto Mas Say tersebut diunggah di akun Youtube pesohor negeri dan di akun tersebut, foto Mas Say Laros disebut sebagai sosok Bima.

"Ya antara kaget dan sama pingin tertawa saja kok bisa saya disebut Bima," kata Mas Say Laros.

Tak hanya itu. Ternyata  akun Twitter @SimpleM81378523 sempat mencuit sebuah foto sebuah telaga dalam tweet klarifikasi soal kisah KKN Desa Penari yang merupakan foto Telaga Rowo Bayu Banyuwangi.

Foto Mas Say Laros di Rowo Bayu itu lah yang viral di media sosial dan disebut sebagai sosok Bima.

Namun tak semua percaya. Bahkan ada yang menyebut jika ia yang ada di belakang cerita misteri itu.

"Tapi sudah terlanjur tersebar yang gimana lagi. Saya tidak tahu cerita itu benar atau tidak dan terjadi di Banyuwangi. Saya tegaskan jika saya bukan Bima," ungkap dia.

Efek dari fotonya yang disebut sebagai sosok Bima, Mas Say Laros mengakui banyak menerima hujatan. Namun itu terjadi dua tahun lalu.

"Mulai ada yang komen aneh-aneh di Facebook dan juga DM menuduh saya macem-macem. Sampai saya ini penasaran seperti apa sih sosok Bima ini," kata dia.

Setelah viral dua tahun lalu, foto Mas Say Laros yang disebut sebagai sosok Bima kembali bermunculan setelah film tersebut KKN Desa Penari tayang di bioskop.

"Tapi sekarang ya cuek. Terserah walaupun masih banyak yang tanya apa saya Bima. Baru saja ini ada yang DM menanyakan hal yang sama. Tapi belum saya baca," katanya.

Mas Say Laros juga bercerita jika pengikut di Instagramnya juga pernah melonjak dratis dari 5.000 pengikut menjadi 27 ribu pengikut.

Lagi-lagi karena ada akun Instagram yang mention akun Instagramnya dan menyebut Mas Say Laros sebagai sosok Bima.

"Mau marah tapi ya sudah lah. Mau apa lagi," kata dia.

Di situs tersebut terdapat sumber mata air yang dikenal dengan Sumber Kaputren.

"Jadi mungkin karena di situs sejarah, ada mata air terus juga Banyuwangi disebut-sebut sebagai lokasi cerita, akhirnya foto saya dicomot," kata dia.

Mas Say Laros bercerita jika masyarakat sekitar meyakini jika Sumber Keputren di Rowo Bayu adalah tempat mandi para putri Kerajaan Blambangan cikal bakal Kabupaten Banyuwangi.

"Itu kan situs sejarah. Karena untuk mandi para putri. laki-laki tak boleh mencuci muka karena akan membawa sial. Tapi benar tidaknya saya tidak tahu. Namun ya harus tetap menghargai keyakinan penduduk sekitar," kata dia.

Dengan latar belakang sejarah, Mas Say Laros menduga foto tersebut dikait-kaitkan dengan KKN Desa Penari.

"Saya bermain media sosial sudah cukup lama mulai di Facebook, Youtube hinga Instagram. Niatnya untuk memberikan informasi tentang sejarah, seni dan budaya serta wisata di Banyuwangi. Tapi ya kita tidak pernah bisa mengendalikan orang lain bukan?," kata dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/05/14/163600678/gara-gara-fotonya-viral-pria-banyuwangi-ini-kerap-disebut-sosok-bima-di-kkn

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com