Salin Artikel

Warga Muharto Masih Kerap Buang Sampah ke Sungai, Begini Penjelasan Pemkot Malang

Salah satu warga, Anam (32) mengatakan, perilaku tersebut sudah turun temurun dilakukan oleh masyarakat di sana.

Sebenarnya Pemkot Malang sudah berupaya menyediakan kontainer sebagai tempat pembuangan sampah di pinggir jalan dekat Jembatan Muharto.

"Tapi warga disini tetap memilih membuang ke sungai karena jauh tempatnya itu (kontainer) dari sini," kata Anam di Malang, Senin (18/4/2022).

Dia mengungkapkan warga juga tidak ada yang mau untuk menjadi koordinator atau petugas pemungut sampah dari rumah ke rumah. Menurutnya, warga ingin tugas itu dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang.

Anam juga pesimistis dengan generasi muda yang bisa lebih baik untuk mengelola sampah di wilayah tersebut.

"Karena ini sudah turun temurun, orangtuanya juga buang sampah di sungai diikuti oleh anak-anaknya," katanya.

Kepala DLH Kota Malang, Wahyu Setianto mengatakan, lokasi tempat pembuangan sementara (TPS) di dekat wilayah tersebut berada di lapangan Kecamatan Kedungkandang.

Pihaknya tidak bisa serta merta membuat TPS di dekat kawasan Muharto.

"Karena pertama tempat dan kedua penolakan masyarakat, mestinya ada dari penggerobak itu buangnya di TPS yang di Kedungkandang," kata Wahyu saat dihubungi via telepon, Senin.


Sebenarnya DLH Kota Malang juga sudah mencoba untuk meletakkan kontainer sebagai tempat pembuangan sampah di pinggir jalan dekat Jembatan Muharto. Namun, hal itu mendapat penolakan dari warga.

"Karena dekat permukiman dan juga jalannya terlalu mepet, jadi antara bahu jalan sama jalan besar mepet. Kalau dikasih kontainer kan jadi susah juga," katanya.

Meski kontainer ditolak, masih ada warga yang tetap membuang sampah di pinggir jalan tersebut.

"Yang di timurnya jembatan itu memang hampir tiap hari ada tumpukan sampah tapi segera kami ambil dan selalu bersih kok," katanya.

Soal keinginan warga terdapat petugas dari DLH Kota Malang yang memunguti sampah dari rumah ke rumah, Wahyu tak dapat mengabulkan keinginan itu.

Petugas DLH, kata dia, hanya memungut sampah dari seluruh TPS ke tempat pembuangan akhir (TPA). 

"Masyarakat itu sebenarnya sudah kami sosialisasi. Jadi gini, sistem pengelolaan sampah kalau dari rumah warga itu, mereka mengelola sendiri, ada penggerobak yang dihonor RT/RW setempat terus dibawa ke TPS," katanya.

Ke depan, pihaknya akan melakukan pendekatan kepada warga untuk mencari solusi yang ada.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/04/18/170000378/warga-muharto-masih-kerap-buang-sampah-ke-sungai-begini-penjelasan-pemkot

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com