Salin Artikel

Cerita Farida Pengusaha Keciput di Lumajang, Terpaksa Kurangi Produksi karena Sulit Dapat Minyak Goreng

Usai dua momen lebaran diterjang pandemi Covid-19, kini cobaan lain datang menghampirinya dengan sulitnya mendapatkan minyak goreng serta harganya yang terlampau mahal.

Padahal, momen Lebaran ibarat panen raya bagi pengusaha kue seperti dirinya.

Bagaimana tidak, agen-agen besar berlomba-lomba menyediakan kue yang akan memenuhi toples di tiap rumah.

Romantisme kejayaan masa lalu kini tinggal cerita.

Produksi kue keciput di rumah industri milik Farida biasanya dimulai dua bulan sebelum Ramadhan dan akan menghabiskan 9 ton tepung beras.

Kini, dia baru memulai produksi saat puasa telah memasuki hari kedua. Farida pun hanya akan memproduksi dengan bahan 1 ton tepung beras. Selisih yang sangat jauh dibandingkan kondisi normal.

"Biasanya sejak Rajab sudah mulai produksi, lah ini puasa dapat dua hari baru mulai," kata Farida di rumahnya, Jumat (15/4/2022).

Bahkan, saat mengarungi pandemi yang menimpanya 2 Lebaran terakhir, produksinya tidak alami penurunan separah ini.

Saat itu, ia masih mampu menghabiskan 5 ton tepung beras untuk membuat kue keciput.

"Karena telat ya cuma bisa produksi 1 ton, biasanya bisa sampai 9 ton, pandemi kemarin meski turun tapi buat 5 ton," tambahnya.

Namun pemerintah berkehendak lain, ketidakmampuannya mengatasi sengkarut minyak goreng nyatanya berimbas besar bagi para pengusaha kecil menengah.

Padahal, Farida harus menanggung 12 orang pekerja yang selama ini menggantungkan kebutuhan hari raya dari bekerja membuat kue keciput Farida.

"Ya mengeluh orang-orang, dari kemarin sudah teriak kapan ini buat kuenya, karena biasanya bisa dijagain buat keperluan Lebaran," ungkap Farida.

Dalam satu hari, Farida membutuhkan 80 liter minyak goreng untuk membuat kue keciput.

Sedangkan jatah minyak goreng untuk keperluan industri adalah 180 liter yang jadwalnya pun tidak menentu.

"Dulu enak, tinggal telepon sudah diantar minyaknya, sekarang mesti nunggu kadang ada kadang tidak," keluh Farida.

Tidak jarang Farida menghentikan proses produksi di tengah jalan karena kehabisan minyak goreng.

Dia tidak ingin mengurangi kualitas produk yang telah dirintis ayahnya sejak 42 tahun silam.

Satu wajan minyak goreng hanya digunakan maksimal tiga kali penggorengan keciput.

Baginya, menjaga kepercayaan pelanggan menjadi yang utama seperti yang dipesankan oleh ayahnya.

"Semoga bisa segera normal minyak gorengnya, karena kami tidak ingin mengurangi kualitas produk turun temurun dari Abah," harapnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/04/15/173641278/cerita-farida-pengusaha-keciput-di-lumajang-terpaksa-kurangi-produksi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke