Salin Artikel

Terbakar, Ini Sejarah Tunjungan Plaza Surabaya, Pernah Jadi Lokasi Perdagangan Kaum Elite Eropa

Api dengan asap tampak mengepul dan membakar bagian atas gedung. Pengelola menyebut, titik api berasal dari TP 5.

Kompleks pusat perbelanjaan Tunjungan Plaza terletak di tengah Kota Surabaya, tepatnya di Jalan Embong Surabaya.

Kompleks Tunjungan Plaza terdiri dari 6 blok, dari TP 1 hingga TP 6. Kompleks tersebut terintegrasi dengan Hotel Four Point dan Hotel Sheraton.

Beroperasi tahun 1986

Tunjungan Plaza (TP) adalah mal dengan konsep shoopong mall pertama di Surabaya. TP didirikan oleh PT Pakuwon Jati pada awal 1985 dan secara resmi beroperasi pada tahun 1986.

Pada tahun 1985, TP dibangun di lahan seluas 5 hektare dengan luas bangunan r 44.700,88 m2.

Bangunan Tunjungan Plaza dirancang oleh arsitek dari PT Parama Consultant Jakarta yang bekerja sama dengan Peddle Throp & Walker, Australia, Singapura, Hongkong, Inggris dan AS

Pembangunan TP ini menelan biaya sebanyak Rp 30 miliar dari investasi yang disediakan.

PT Pakuwon adalah perusahaan yang berkecimpung dalam bisnis properti dan didirikan tahun 1982. Salah satu pendirinya adalah Alexander Tedja.

Pada tahun 1988, PT Pakuwon Jati terdaftar di bursa efek Jakarta dan Surabaya.

Hal tersebut dijelaskan dalam jurnal Pendidikan Sejarah Tunjungan Plaza Sebagai Awal Pusat Perbelanjaan Modern Kotamadya Surabaya Tahun 1985-1991 yang ditulis Efrilia Rizqi Mahardian Putri, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Surabaya.

Tunjungan Plaza resmi dibuka untuk umum pada tangga 7 Mei 1986, sedangkan grand opening dilakukan pada 15 Desember 1986. Gedung tersebut diresmikan Gubernur KDH TK 1 Jawa Timur yang ditandai dengan penandatangan batu prasasti.

Kala itu TP memiliki 7 lantai untuk perbelanjaan.

TP memiliki bangunan yang unik yang menjadi ciri khas tersendiri yakni terdapat jalan landai yang berbentuk sepiral yang mengitari kawah antrium yang sering digunakan sebagai arena promosi, konser dan pameran.

Saat berada di antrium, pengunjung bisa melihat seluruh isi mal mulai dari lantai dasar hingga lantai atas.

Kala itu, TP memiliki 14 tangga berjalan yang menghubungkan antara satu lantai dengan lantai lainnya. Selain terdapat 5 lift kapsul yang berbahan material kaca tempus pandang.

TP juga dilengkapi dengan AC di segala penjuru ruangan sehingga terasa sejuk dan membuat pengunjung nyaman berbelanja.

Saat itu orang Belanda yang tinggal di Surabaya senang berjalan-jalan di sekitar Jalan Tunjungan baik berbelanja atau sekedar refreshing.

Mlaku-mlaku di Tunjungan kemudian menjadi ikon Surabaya pada tahun 1970-an berbarengan dengan lagu yang dikarang oleh Is Haryanto yang dinyanyikan oleh Mus Mulyadi.

Lagu yang berjudul Rek Ayo Rek itu menggambarkan tentang jalan-jalan di Tunjungan beserta keramaiannya.

Disebutkan, secara historis Tunjungan Plaza terletak dekat dengan pusat perdagangan kota yang sudah ada dan berjaya sejak zaman Belanda. Antaranya Toko Nam dan Jalan Tunjungan.

Toko Nam adalah toko serba ada yang cenderung memiliki konsep departement store. Sementara Jalan Tunjungan menjadi urat nadi perekonomian masyarakat Eropa.

Di Jalan Tunjungan banyak toko yang menjual barang-barang eksklusif dan impor. Serta terdapat bar, diskotik atai cafe yang digunakan untuk bersantai.

Tak hanya itu. Tunjungan Plaza memiliki lokasi yang dekat dengan beberapa hotel seperti Hotel Majapahit yang berada di Jalan Tunjungan. Hotel Simpang di Jalan Pemuda, Hotel Bumi Hyatt yang ada di Jalan Basuki Rachmat.

Letaknya yang dekat dengan hotel, membuat tamu bannyak berkunjung ke Tunjungan Plaza.

Tunjungan Plaza juga memiliki letak yang strategis berada di jantung Surabaya dan dekat dengan beberapa pasar besar.

Antara lain Pasar Tunjungan, Pasar Bblauran dan Pasar Genteng. Serta dekat dengan pertokoan besar lainnya seperti Toko Metro, Appolo Plaza, Surabaya Indah Plaza dan Wijaya.

Di dekat TP juga ada dua bioskop yang terkenal yakni Bioskop Presiden dan Bioskop Arjuna.

Munculnya Tunjungan Plaza mengawali membuat banyak investor ikut membuka plaza-plaza sejenis dengan konsep yang sama di Surabaya. Perkembangan perdagangan eceran berskala besar mulai tumbuh dengan pesat di Surabaya ketika para investor berlomba-lomba mendirikan pusat perbelanjaan modern.

Pusat perbelanjaan modern atau mal yang berdiri setelah Tunjungan Plaza antara lain Surabaya Plaza yang dibuka pada tahun 1988 oleh Presiden Soeharto; Jembatan Merah Plaza yang dibuka pada 1995 oleh putri Presiden Soeharto yaitu Tutut; dan tahun 1996 pegembang Sinar Galaxy membuka Galaxy Mall.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Achmad Faizal Editor : Andi Hartik)

https://surabaya.kompas.com/read/2022/04/14/155500478/terbakar-ini-sejarah-tunjungan-plaza-surabaya-pernah-jadi-lokasi

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com