Salin Artikel

Seniman Reog Ponorogo Protes Klaim Malaysia: Pak Jokowi, Jangan Hanya Diam

Mereka meminta Presiden Joko Widodo dan Ketua DPR RI Puan Maharani tak berdiam diri. 

“Kalau negara lain mengambil reog apakah Pak Jokowi akan terdiam saja. Jangan sampai kami para seniman reog di Ponorog dikecewakan. Kami minta Bapak menekan Nadiem Makarim. Bapak sendiri yang omong kalau ada menteri bapak yang tidak benar, katanya bapak yang mau menggigitnya sendiri,” ujar Hari Purnomo, salah satu seniman reog asal Ponorogo yang dihubungi Kompas.com, Senin (11/4/2022).

Menurut Hari, Jokowi selaku orang nomor satu di Indonesia memiliki peran menentukan reog Ponorogo dapat diajukan pada nomor urut pertama sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO.

Pasalnya, tahun-tahun sebelumnya, seni budaya reog Ponorogo acapkali berada di urutan terbawah saat pengusulah ke UNESCO.

“Tolong Pak Jokowi menanyakan dan menekankan kepada Pak Nadiem Makarim ada apa Reog? Reog sudah berkali-kali dan tidak diloloskan oleh pemerintah kita sendiri. Sejak tahun 2013 Reog selalu dinomersekiankan,” jelas Hari.

Hari menyatakan, saat Jokowi berkunjung ke Ponorogo, para seniman menyambut dengan kemeriahan seni budaya Reog.

Saat itu pula, mantan Gubernur DKI itu terkagum dan menyukainya.

Tak hanya Jokowi, Hari juga meminta Puan selaku Ketua DPR RI ikut memperjuangkan agar Reog diajukan sebagai urutan pertama sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO. 

“Tolong lihat rakyat Anda. Saat ini seniman reog Ponorogo sedang menangis karena pemerintah. Sebagai wakil rakyat, Anda harus ikut harus ikut bertanggung jawab jangan hanya diam dan hanya diam,” tutur Hari.

Hari mengakui untuk memperjuangkan Reog diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO, para seniman di Kabupaten Ponorogo tidak memiliki banyak materi.

Namun para seniman memiliki bukti otentik bahwa Reog itu merupakan seni budaya adiluhung yang berasal dari Kabupaten Ponorogo. Salah satu bukti yang dimiliki berupa bahan Reog yang usianya sudah mencapai ratusan tahun silam.

Tak hanya itu, para seniman tidak bisa berlatih di rumah lantaran terhalang masa pandemi Covid-19.

“Selama pandemi kami sudah menangis. Jangankan kita pentas, kita ingin latihan di rumah sendiri tidak bisa dan dibubarkan oleh aparat. Kami menyadari karena suasana pandemi. Namun setelah pandemi bergeser, Reog mau bergerak dan latihan lagi malah ada masalah seperti ini,” tutur Hari.

Bagi Hari, klaim Malaysia terhadap seni Reog sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan dan menyedihkan.

Pasalnya, para pejuang seniman Reog Ponorogo sudah mengangkat beban berat untuk mempertahankan keberadaan seni dan budaya Reog hingga ratusan tahun secara turun temurun.

Menurut Hari, seni barongan yang diajukan Malaysia sebenarnya tak beda bentuk pertunjukan seninya dengan Reog Ponorogo.

Perangkat yang digunakan dalam seni barongan sama persis dengan yang digunakan dalam pertunjukan Reog Ponorogo.

“Apapun bentuknya perangkat yang dipakai sama persis sama. Dan itu menjadi gerakan Reog besar-besaran di seluruh nusantara dan luar negeri untuk mengadakan orasil (unjuk rasa protes) atas klaim Malaysia,” kata Hari.

Tantang transparansi

Hari menantang Kemendikbudristek untuk transparan dan menunjukkan hasil penilaian tim peneliti terhadap empat nominasi yang diajukan sebagai wisata budaya tak benda ke UNESCO.

“Ada petugas khusus dan para ahli peneliti untuk mengajukan warisan budaya yang ditunjuk negara untuk menyaring nominasi sampai sedetail-detailnya. Tolong Pak Nadiem Makarim tunjukkan hasil penilaiannya. Biar masyarakat Indonesia dan dunia tahu dari tim ahli penilai itu tahu yang nominasi pertama itu apa,” tutur Hari.

Menurut Hari, sebelumnya Kemendikbutristek mengirimkan empat nominasi ke UNESCO.

Urutan pertama usulan dari Kemendikbudristek yakni jamu kemudian diikuti Reog, tempe dan terakhir tenun.

Namun sesampai di sana keempat nominasi itu dikembalikan semua ke Indonesia karena UNESCO mengharuskan memilih salah satu pilihan saja.

“Pengembalian itu harusnya menjadi koreksi bagi Mendikbudristek. Ada apa. Jangan sampai kecolongan lagi, bagaimana kalau Malaysia itu benar-benar mendaftarkan. Betapa sakitnya masyarakat Indonesia," ucapnya. 

https://surabaya.kompas.com/read/2022/04/11/170223778/seniman-reog-ponorogo-protes-klaim-malaysia-pak-jokowi-jangan-hanya-diam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke