Salin Artikel

Dulu Simbol Kejayaan, Kini Kapal Slerek Muncar Bertumbangan

Jumlah gerombolan ikan lemuru yang melimpah di Selat Bali mereka tangkap menggunakan jaring purse seine dan kapal slerek.

Misalnya Sayadi (50), yang dulu bisa menangkap ikan di jarak 200 meter dari rumahnya di pesisir Dusun Kalimoro, Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar.

Pada 2009, ia merupakan juragan laut alias pemimpin jalannya perburuan ikan sebuah tim nelayan, setiap sore hingga pagi.

Namun, hasil tangkapan yang sebelumnya bisa mencapai 10 ton sekali berangkat, merosot tajam pada 2009. Pada tahun-tahun berikutnya, jumlah tangkapan terus berkurang.

Akibat hasil tangkapan terus merosot, Sayadi diberhentikan karena tak mencapai target tangkapan. Ia lalu memutuskan membeli sampan kecil agar bisa terus melaut.

"Saya beli sampan kecil itu dulu Rp 4 juta, sekitar sepuluh tahun lalu, beli bekas. Tapi sekarang sampan kecil banyak yang rugi, karena ikan sedikit," kata Sayadi di rumahnya, Rabu (6/5/2022).

Kapal slerek dengan jaring purse seine yang membentuk kantung di dalam air itu terbukti efektif untuk menangkap gerombolan besar ikan pelagis kecil seperti lemuru.

Kapal slerek selalu berpasangan saat melaut dan bekerja sama dalam beroperasi, membentuk kantung jaring itu hingga biasa disebut kapal suami istri.

Kapal suami lebih ramping dan memiliki tower kecil yang di atasnya, yang dilengkapi kursi untuk duduk juragan laut.

Tugas utama kapal suami adalah membawa dan menebar jala. Juragan laut di kapal ini berusaha mencari air merah mengandung darah, tanda gerombolan lemuru sedang diserbu mangsa, untuk dijaring semua sekalian.

Sementara kapal istri membawa sekitar 40 nelayan atau anak buah kapal (ABK), serta untuk menampung ikan setelah jala ditarik ke atas.

Harga satu kapal bisa mencapai Rp 1 miliar, belum termasuk mesin, jala, dan sound system untuk hiburan saat melaut. Tanpa pondokan atau atap, seluruh bagian dek kapal slerek terbuka.

Warna kapal kerap dominan putih kombinasi dengan corak yang cerah. Dan di bagian atas terdapat banyak ornamen ukir dan lukis yang membuatnya tampak lebih meriah.

Biasanya juragan darat atau pemilik kapal sekaligus penanggung biaya operasional melaut, menuangkan minat, tradisi, dan kepercayaannya pada ornamen di atas kapal mereka.

Misalnya pemilik kapal yang suka tradisi Jawa memberikan lukisan karakter wayang atau yang mengidolakan pahlawan nasional memasang lukisan wajah sang tokoh.


Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Banyuwangi, Hasan Basri mengatakan, berkurangnya jumlah kapal slerek di Kecamatan Muncar dimulai pada 1992.

Saat itu disahkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Gubernur Jawa Timur dan Bali, terkait jumlah maksimal alat tangkap ikan yang boleh beroperasi di Selat Bali. Aturan itu untuk menghindari over fishing.

Kecamatan Muncar kebagian kuota maksimal kapal slerek 190 pasang. Sementara saat itu jumlahnya melebihi batas maksimal tersebut, hingga diupayakan dikurangi.

Namun kini, jumlah kapal slerek semakin berkurang karena ikan sepi dan banyak yang merugi. Saat ini jumlahnya tersisa sekitar 50 pasang.

"Hasil tangkap untuk Muncar ini semakin hari semakin menurun, semakin bulan semakin menurun. Sehingga jumlah alat tangkap purse seine itu semakin mengurangi," kata Hasan di Muncar, Rabu.

Selain sumber daya ikan yang cenderung turun setiap tahun, ongkos melaut untuk kapal slerek cukup tinggi, yakni Rp 5 juta sekali berangkat.

Hal itu membuat sebagian juragan darat mengubah kapal slerek mereka tak lagi berpasangan, melainkan memanfaatkan gardan untuk menarik jaring.

Nelayan di Kecamatan Muncar selalu berharap ikan lemuru kembali ramai di perairan Selat Bali. Sehingga, kapal slerek kembali dipasangkan dan perekonomian kembali berjaya.

Hasan mengatakan, dugaan penyebab lemuru hilang karena limbah industri, perubahan iklim, atau karena pola tangkap yang tidak benar, belum terjawab secara pasti.

"Sekarang tergantung alam sudah. Kalau sumber daya ikan meningkat, ya penghasilan nelayan juga akan meningkat. Kalau semakin sedikit, ya penghasilan nelayan turun," kata Hasan.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/04/06/222432578/dulu-simbol-kejayaan-kini-kapal-slerek-muncar-bertumbangan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke