Salin Artikel

Berbincang dengan Warga Saat Tinjau Pasar, Wali Kota Batu: Banyakin Merebus Ya Bu...

Orang nomor satu di Kota Batu, Jawa Timur, itu sempat berbincang-bincang dengan beberapa ibu-ibu yang mengeluhkan mahalnya harga minyak goreng (migor) kemasan.

"Banyakin merebus ya Bu," kata Dewanti kepada salah satu ibu-ibu, Rabu.

Soal keluhan minyak goreng dari masyarakat, menurutnya, kondisi tersebut terjadi secara nasional.

Dewanti juga menyampaikan ketersedian minyak goreng kemasan relatif aman. Sedangkan minyak goreng curah berbanding jauh karena stoknya tidak ada.

"Terutama memang harga minyak goreng yang dikeluhkan oleh masyarakat, tapi kita tahu bahwa situasi ini nasional, stok ada semua tetapi untuk minyak curah tidak ada, tapi yang kemasan ada," katanya.

Pemkot Batu berupaya memberi masukan ke Pemerintah Pusat agar harga minyak goreng kemasan bisa terjangkau.

Begitu juga melakukan operasi pasar minyak goreng curah, pihaknya akan mengajukan terlebih dahulu ke Pemerintah Pusat.

Dewanti juga mengungkapkan Pemkot Batu tidak sanggup melakukan subsidi minyak goreng.

"Kita kalau mau subsidi Rp 10.000 satu liternya tidak akan kuat," katanya.

Selain itu, daya beli masyarakat berbelanja minyak goreng kemasan masih landai. Hal itu karena situasi dan kondisi ekonomi yang tidak mendukung.

"Demikian juga saat ini tanggal tua masih landai, ketika nanti awal bulan mudah-mudahan bisa ada pergerakan ketika situasi dan kondisi ekonomi membaik," katanya.

Kepala Diskumdag Kota Batu Eko Suhartono mengatakan, minyak goreng curah rata-rata cenderung dibutuhkan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Sedangkan minyak goreng kemasan dibutuhkan masyarakat rumah tangga.

"Bagaimana kebutuhan UMKM pasti kita ajukan seperti yang beberapa waktu lalu dari APKLI (Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia) ada yang datang, ada PPI (Perusahaan Perdagangan Indonesia) juga, pasti akan difasilitasi berapa yang dibutuhkan nanti dikoordinir," ungkapnya.

Pihaknya juga belum bisa memastikan berapa jumlah kebutuhan tersebut.


Lebih lanjut, dia mengatakan tidak ada stok minyak goreng curah di pasar relokasi karena tidak diminati masyarakat. Sehingga, jika dilakukan operasi pasar atau penggelontoran minyak goreng curah dikhawatirkan menjadi sia-sia.

"Kalau minyak curah dijual di sini pangsa pasarnya tidak begitu menarik buat rumahan, kalau dimasukkan di sini enggak ada yang beli gimana, artinya bukan langka," katanya.

Salah satu pedagang sembako, Siti Khotijah mengakui, ada penurunan penjualan minyak goreng kemasan. Sebab dengan harga yang mahal, masyarakat mengurangi pembeliannya.

Ia memastikan, stok minyak goreng kemasan masih ada.

"Minyak goreng kemasan mahal, ada barangnya, daripada kemarin murah nggak ada barangnya. Yang beli minyak goreng kemasan ya pasti berkurang, yang biasanya beli dua liter sekarang hanya satu liter, jadi biasanya goreng tempe jadi jarang," ungkapnya.

Pihaknya juga sempat meminta kepada Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko untuk bisa menurunkan harga minyak goreng kemasan.

"Bu Wali bilang kalau saya punya pabrik minyak diturunkan, saya bilang lagi paling tidak dibantu Bu, kata Bu Wali iya nanti dibantu doa," katanya.

Siti mengaku sudah sekitar satu minggu tak berjualan minyak goreng curah. Ia tak mendapat pasokan dari distributor.

"Tapi semingguan ini dari salesnya atau distributornya nggak jualan minyak goreng alasannya nggak ada barangnya," katanya.

Dia berharap pemerintah bisa menggelontorkan operasi minyak goreng curah seperti yang ada di daerah lainnya.

"Harapannya bisa ada minyak goreng curah murah, kayak yang di daerah lain ada yang distribusi pakai truk tangki, biar masyarakat kecil menjangkau untuk mencukupi kebutuhan keluarganya," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/03/30/151629278/berbincang-dengan-warga-saat-tinjau-pasar-wali-kota-batu-banyakin-merebus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke