Salin Artikel

Viral, Video Puluhan Warga Jombang 4 Jam Tandu Kakek yang Sakit untuk Berobat, Begini Ceritanya

Terdapat tiga video yang beredar, salah satunya, video berdurasi 29 detik yang diunggah ke laman Instagram oleh akun @info_jombang.

Kemudian, terdapat dua video lain yang beredar melalui WhatsApp dengan durasi 29 detik dan 19 detik.

Berdasarkan tayangan video, tampak dua orang sedang memikul tandu yang dibuat ala kadarnya untuk mengangkat seseorang.

Di belakang dan sisi kiri kanan kedua pemikul tandu, tampak puluhan warga yang menemani pemikul tandu berjalan.

Terlihat jalan yang sulit dilalui, pemandangan alam yang masih hijau, beserta semak-semak, pepohonan dan rumput liar.

Berdasarkan penelusuran, peristiwa itu terjadi di wilayah Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Selasa (29/3/2022).

Orang yang ditandu adalah Sigun (62), warga Dusun Rapah Ombo, Desa Klitih, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang, sedang sakit keras dan memerlukan perawatan medis di rumah sakit.

Untuk membantu kakek yang sakit itu, warga mengantarkannya dengan cara ditandu dan berjalan kaki sejauh 8 kilometer.

Medan yang sulit, apalagi saat musim hujan, membuat akses ke Dusun Rapah Ombo hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki atau menggunakan sepeda motor spesifikasi tertentu.

Padi mengungkapkan, Sigun yang sedang sakit memerlukan penanganan medis di rumah sakit.

Kondisinya tidak memungkinkan untuk menunggu kedatangan petugas ke Dusun Rapah Ombo.

Karena kendaraan roda 4 tidak bisa masuk, sekitar 40 puluh warganya akhirnya mengantarkan Sigun berobat dengan berjalan kaki.

Dijelaskan Padi, puluhan warga bergantian memikul tandu. Itu terpaksa dilakukan karena warganya itu tidak mungkin dibonceng dengan sepeda motor.

“Yang sakit Mbah Sigun, beliau punya riwayat TBC. Kalau dibonceng sepeda motor itu enggak kuat, makanya ditandu sama warga,” kata Padi, saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (29/3/2022).

Empat jam perjalanan

Perjalanan dari Rapah Ombo menuju tempat berobat terdekat, memerlukan waktu sekitar empat jam perjalanan.

Adapun lokasi yang dituju adalah klinik kesehatan di Dusun Sendanggogor, Desa Ngepung, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Nganjuk.

“Itu tadi berangkat jam setengah enam (05.30 WIB), sampai di lokasi sekitar jam setengah sepuluh (09.30 WIB).

Dari salah satu klinik di Kabupaten Nganjuk, Sigun kemudian dirujuk ke salah satu rumah sakit swasta di Kabupaten Jombang.


Dusun Rapah Ombo, merupakan perkampungan penduduk di bagian barat wilayah Kabupaten Jombang. Secara administratif, dusun itu masuk wilayah Desa Klitih, Kecamatan Plandaan.

Meski demikian, jarak antara pusat pemerintahan Desa Klitih dengan Dusun Rapah Ombo cukup jauh dan kondisi akses jalan yang sulit.

Dari pusat pemerintahan Desa Klitih, terdapat dua jalur menuju Dusun Rapah Ombo. Kedua jalur tersebut memiliki jarak tempuh lumayan jauh dengan kondisi medan yang cukup menantang, terutama saat musim hujan.

Jalur pertama, jarak dari Kantor Desa Klitih menuju Dusun Rapah Ombo ditempuh sekitar 15 kilometer.

Sedangkan, jalur kedua sekitar 20 kilometer, karena harus melintasi Dusun Brangkal, Desa Jipurapah, Kecamatan Plandaan.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/03/30/050600778/viral-video-puluhan-warga-jombang-4-jam-tandu-kakek-yang-sakit-untuk

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com