Salin Artikel

Situs Pandegong di Jombang, Berbentuk Candi, Diduga Dibangun Abad ke-10 Masehi

Bangunan purbakala yang terstruktur dari bata merah tersebut kini tengah diekskavasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang.

Ekskavasi Stus Pandegong dilaksanakan selama 10 hari, sejak Rabu (16/3/2022). Para arkeolog dan tim ekskavasi berhasil menyingkap hampir semua sudut bangunan.

Pamong Budaya Ahli Pertama BPCB Jawa Timur, Albertus Agung Vidi Susanto mengungkapkan, Situs Pandegong merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat pemujaan bagi penganut agama Hindu atau Siwa.

Candi itu berbentuk kotak dengan penampil atau penonjol di empat sisi. Di tengah-tengah bangunan berukuran sekitar 8 x 8 meter itu, terdapat lubang persegi berukuran 2,3 meter persegi yang disebut sebagai sumuran.

Menurut Vidi, keberadaan sumuran di bagian tengah candi, menjadi tempat sakral bagi sebuah candi. Di situ menjadi tempat menyimpan pripih untuk menghidupkan candi.

“Fungsinya untuk menyimpan pripih. Pripih ini salah satu benda yang disimpan untuk menghidupkan candi. Jadi, rohnya candi itu ada di pripih,” kata Vidi kepada Kompas.com, Jumat (25/3/2022).

Selain penemuan tempat penyimpanan pripih, penemuan arca Mahakala dan Nandiswara pada ekskavasi sebelumnya, memperkuat interpretasi jika bangunan purbakala itu merupakan candi untuk penganut agama Hindu.

“Ini yang kita temukan sebatas kaki candi. Nah, dengan adanya arca itu kemungkinan mengarahnya ke Siwa,” ujar Vidi.

Selama ekskavasi, arkeolog dan tim ekskavasi menemukan pecahan arca Nandiswara, serta fragmen keramik dari China.

Pecahan keramik dari China, didominasi dari masa Dinasti Tang yang berkembang pada abad ke-7 hingga 10 Masehi.

“Ada banyak ditemukan pecahan keramik dari masa dinasti Tang. Pecahan keramik ada dari zaman Dinasti Tang dan Song, tapi yang banyak dari Dinasti Tang,” ungkap Vidi.

Vidi menuturkan, dari penemuan arca yang berbeda dengan bentuk berbeda dari era Majapahit, pecahan keramik dari China, serta perbandingan dengan situs lainnya, bangunan SItus Pandegong diperkirakan ada sejak abad ke-10 Masehi.

Pada masa itu, berkembang kerajaan yang dipimpin oleh Mpu Sindok. Kerajaan itu dikenal sebagai kerajaan Medang dengan pusat pemerintahan di sekitar Jombang.

“Pra Majapahit, sekitar abad ke-10 Masehi. Interpretasi dari denah dan dari gaya arcanya, itu merujuk pada abad ke-10 Masehi. Kemudian pembandingnya juga banyak, misalnya Situs Gemekan (Mojokerto), itu ada kemiripan,” kata Vidi.

Situs Pendegong ditemukan pada 2017, di areal persawahan Desa Menganto, Kecamatan Mojowarno.

Situs itu mulai diekskavasi pada November 2021, dilanjutkan ekskavasi kedua pada Maret 2022.

Vidi mengungkapkan, struktur bangunan yang tersisa merupakan bagian bawah atau bagian kaki candi. Bagian atas candi diperkirakan rusak sejak lama karena tak ada jejak tersisa.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/03/25/175708178/situs-pandegong-di-jombang-berbentuk-candi-diduga-dibangun-abad-ke-10

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com