Salin Artikel

Kades Siman Heran Bupati Kediri Pilih Kamar Paling Sederhana Saat Menginap di Rumah Warga

Namun, Kepala Desa Siman Subagiyo kaget melihat tingkah Dhito yang menolak tidur di kamar yang telah disiapkan pemerintah desa untuk sang bupati.

Di rumah Suprapto, Dhito tiba-tiba memilih kamar dengan tempat tidur di lantai daripada kamar lainnya yang memiliki ranjang.

"Sudah saya di sini saja, pakai kipas angin," kata Subagiyo menirukan ucapan Dhito, Kamis (24/3/2022).

Subagiyo menceritakan, pemerintah desa telah menyiapkan dua kamar di rumah Suprapto. Kamar-kamar itu baru saja diperbaiki.

Namun, Bupati Dhito tidak memilih dua kamar yang telah disiapkan itu. Dhito justru memilih kamar paling sederhana yang terletak di dekat dapur.

Subagiyo menambahkan, Dhito melakukan banyak hal di desa yang berbatasan langsung dengan Gunung Kelud itu selama kunjungan sehari semalam. Dhito, kata dia, berkeliling kampung dan membaur bersama masyarakat.

"Beliau enakan. Enggak ada jarak dengan masyarakat. Makan di warung pecel yang seporsi Rp 3.000 juga," lanjut Subagiyo.

Bahkan, Dhito sampai dua kali mengajak Subagiyo ke Waduk Siman. Terakhir hingga larut malam.

"Beliau terpikat dengan Waduk Siman. Saya antar pakai motor," ungkap Subandriyo.

Dia juga berharap dengan hadirnya bupati di desanya itu bisa mengangkat nama desa supaya bisa lebih berkembang lagi.

"Siman sebagai cikal bakal Kediri baru kali ini ada pemimpin sangat perhatian dan rawuh. Semoga nantinya bisa mengkonsep sejarah dan budaya lebih bagus lagi," jelas Subagiyo.


Napak Tilas

Ada pun keberadaan Bupati Dhito di Desa Siman tersebut bagian dari napak tilas sejarah berdirinya Kabupaten Kediri yang saat ini tengah bersiap merayakan hari jadi ke-1.218 pada 25 Maret.

Sebab, di Desa Siman itu dulu ditemukan sebuah peninggalan sejarah yakni Prasasti Harinjing, di mana istilah Kadiri pertama kali ditemukan.

"Hari Jadi Kabupaten Kediri mengacunya pada sumber data arkeologi berupa prasasti Harinjing itu," ujar Kepala Bidang Sejarah Purbakala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Yuli Marwantoko.

Singkatnya, prasasti berangka tahun 726 Saka (25 Maret 804 Masehi) itu menjelaskan perihal penganugerahan tanah sima atau perdikan oleh Rakai Layang Dyah Tulodhong (Raja Mataram Kuna) kepada Bagawanta Bari.

Anugerah berupa pembebasan pajak itu karena Bagawanta Bari sukses membuat dhawuhan atau tanggul di Sungai Harinjing.

Adanya tanggul itu dapat menanggulangi banjir serta meningkatkan hasil pertanian masyarakat. Sehingga, berimplikasi pada kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

Bahkan dengan pencapaian itu, wilayah tersebut mendapatkan beberapa kali penghargaan dari raja.

Prasasti Harinjing yang memiliki ukuran tinggi 118 centimeter, lebar 88 centimeter dan tebal 33-58 centimeter saat ini disimpan di Museum Nasional Jakarta dengan nomor koleksi D-173.

Sehingga dalam konteks sejarah yang ada itu, Desa Siman dianggap menjadi titik nol cikal bakal berdirinya Kabupaten Kediri.

Oleh sebab itu, Bupati Dhito selain menyerap aspirasi masyarakat, juga napak tilas sejarah dan refleksi diri meneladani tokoh masa lalu.

Ada pun kegiatan di Desa Siman itu selain menggelar doa bersama juga mengunjungi titik nol atau lokasi ditemukannya pertama kali Prasasti Harinjing.

Saat ini di desa tersebut masih menyisakan dua buah prasasti yang dikenal dengan Punden Mbah Gurit.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/03/25/114233078/kades-siman-heran-bupati-kediri-pilih-kamar-paling-sederhana-saat-menginap

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke