Salin Artikel

Warga Korban Banjir di Jombang Tidur Bersama Sapi, Begini Ceritanya

Di wilayah itu, banjir melanda sejak Jumat (11/3/2022). Beberapa dusun yang terdampak, yakni Dusun Mlerep, Dusun Simowau, Dusun Kemuning dan Dusun Ketatang Rejo.

Warga tidur bersama sapi

Banjir yang melanda Desa Ketapang Kuning membuat sejumlah warga terpaksa mengungsikan hewan ternaknya. Mereka pun terpaksa tidur di luar rumah untuk menjaga ternak yang diungsikan.

Untuk menjaga ternak sapi dari terik matahari dan hujan, warga membangun tenda di tepi Jalan Raya Ketapang Kuning, di dekat kantor desa.

Mulyo (52), warga Dusun Ketapang Rejo menuturkan, banjir melanda lingkungan tempat tinggalnya sejak Jumat malam. Kala itu, ketinggian banjir di tempatnya mencapai 50 sentimeter.

Dia mengungkapkan, karena banjir tak kunjung surut hingga Sabtu (12/3/2022), dia terpaksa mengungsikan sapi miliknya dari kandang menuju jalan desa Ketapang Kuning, karena khawatir sapi miliknya tenggelam.

Karena ternaknya mengungsi, Mulyo terpaksa meninggalkan rumah untuk menjaga ternak miliknya yang diungsikan ke jalan desa.

“Terpaksa tidur di sini untuk menjaga. Kalau anak dan istri tetap di rumah,” kata Mulyo, kepada Kompas.com, Senin (14/3/2022).

Tunggu banjir surut

Supardi (50), pemilik ternak lainnya mengungkapkan, banjir yang melanda tempat tinggalnya membahayakan sapi-sapi miliknya.

Saat banjir mencapai hampir 1 meter, dia pun mengungsikan sapinya ke jalan desa, di dekat Kantor Desa Ketapang Kuning.

Dia mengaku terpaksa tidak tidur di rumah karena harus menjaga dua ekor sapi miliknya yang berada di tepi jalan Desa Ketapang Kuning.

“Di dalam rumah rumah banyak airnya. Waktu itu (ketinggian banjir) sampai satu setengah meter. (Sapi) saya bawa ke jalan saja, biar tidak mati. Kalau kena air kan enggak bisa tidur sapinya,” kata Supardi

Meski terpaksa mengungsi untuk menjaga ternak miliknya, Supardi tidak mengizinkan anak dan istrinya ikut mengungsi. Mereka diminta menjaga rumah sembari menunggu banjir surut.

“Saya tidur di sini (di dekat kandang darurat), kadang-kadang tidur di balai desa,” kata Supardi.

Dia mengatakan, jika banjir sudah benar-benar surut, dia akan membawa kembali sapi miliknya. Saat ini, beberapa warga masih bertahan di tepi jalan desa dan menunggu surutnya banjir.

Adapun pada Senin, ketinggian banjir di Desa Ketapang Kuning antara 20-30 sentimeter. Banjir di desa itu berdampak pada 900 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar di empat dusun.

Supervisor Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jombang, Pepy Stevy Maria mengungkapkan, selain intensitas hujan, banjir yang melanda empat dusun di Desa Ketapang Kuning disebabkan meluapnya sungai Marmoyo.

Kondisi terkini, lanjut dia, banjir mulai surut. Dari keempat dusun yang dilanda banjir, saat ini ketinggiannya antara 5-10 sentimeter.

“Hasil koordinasi dengan perangkat desa Ketapang Kuning, kondisi terkini terjadi penurunan debit air,” kata Pusdalops BPBD Jombang, Pepy Stevy Maria, kepada Kompas.com, Selasa.

Dia mengungkapkan, karena kondisi banjir yang terus surut, pihaknya tidak menempatkan relawan di lokasi banjir. 

https://surabaya.kompas.com/read/2022/03/15/164957978/warga-korban-banjir-di-jombang-tidur-bersama-sapi-begini-ceritanya

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com