Salin Artikel

Perubahan Sungai Seng Banyuwangi, Dulu Penuh Tinja dan Sampah, Kini Berisi Ikan Hias

Mereka adalah aparatur sipil negara (ASN) Pemkab Banyuwangi yang hendak menggelar seremonial penebaran 300 ekor bibit ikan nila di sungai tersebut.

Di bawah mereka mengalir air jernih sedalam 15-20 centimeter, tempat ikan-ikan berbagai warna, dari jenis tombro atau ikan mas serta nila, berenang hilir mudik.

Keberhasilan pemeliharaan oleh warga dapat dilihat dari banyaknya ikan yang aktif bergerak secara bergerombol. Sehingga, Pemkab Banyuwangi kembali memasok bibit ikan ke sana.

"Biasanya kalau pagi orang-orang datang, mereka yang habis jalan pagi mampir. Beli sarapan di sini, kan enak sarapan sambil lihat sungai jernih banyak ikan. Rombongan anak TK juga sering datang untuk edukasi," kata Ketua RT 3, RW 2, Lingkungan Krajan, Sarju di lokasi, Rabu.

Sungai Seng dialiri air jernih karena mendapatkan pasokan dari lima mata air yang saling berdekatan. Namun, dulu kondisinya berbeda, saat kotoran dari toilet warga masih disalurkan ke sana.

Sarju mengatakan, tak hanya tinja, sampah dapur, plastik, dan popok bayi, saat itu dibuang warga ke aliran sungai tersebut. Mereka biasa membuangnya pada malam hari.

Pada 2019, Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) menyasar Kelurahan Penganjuran, dengan fokus membangun septic tank komunal atau biofilter untuk warga di sekitar Sungai Seng.

Laman resmi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyalurkan anggaran Rp 1 miliar pada 2019 untuk sasaran Kelurahan Penganjuran, Banyuwangi.

"Kita dapat Program Kotaku, berupa septic tank komunal, satu septic tank untuk tiga rumah. Jumlahnya kalau nggak salah 22 septic tank. Setelah itu BAB tidak ada yang diarahkan ke sungai, tapi sampah masih ada," ujar Sarju.

Dia kemudian melihat perubahan pada sungai, dari kondisinya yang kumuh menjadi lebih bersih. Upaya meningkatkan kebersihan sungai pun dilanjutkan.

Upaya memelihara ikan di sungai kemudian diinisiasi karena melihat air yang jernih. Pemkab Banyuwangi bersama Dinas Perikanan dan Pangan mendukung inisiasi itu dan menebar 15.000 bibit nila dan tombro.

Awalnya muncul kendala ikan kecil hanyut saat arus deras. Secara umum Sungai Seng hanya mendapatkan pasokan dari mata air, tetapi saat hujan air dari drainase jalur sebelah selatan Jalan Jaksa Agung Suprapto, Banyuwangi, mengalir ke sana.

Sarju mengatakan, kini tersisa sekitar 200 ekor ikan tombro besar. Saat arus sungai meningkat, sebagian dari mereka berlindung di kolam mata air.

"Lalu kita punya inisiatif air dinaikkan sedikit, diisi ikan. Awal-awal itu ikannya masih kecil, hujan ikannya hanyut. Kita tangkap dan bawa ke sini lagi. Kalau dari airnya cocok, ikan tidak mudah mati," ucapnya.

Ekonomi masyarakat bergerak

Septic tank komunal dan pemeliharaan ikan bersama-sama di sana efektif membersihkan sungai, mengubah perilaku warga jadi tidak buang sampah ke sungai, serta menjadikannya destinasi rekreasi.

Ibu-ibu menjadikannya tempat bermain bersama balita mereka. Sebagian warga menjadikan sungai sebagai tempat bertemu dan topik berdiskusi, dalam berinteraksi sosial.

Mereka pun membentuk struktur kelompok warga bernama Kampung Ikan Sumber Seng (KISS), untuk mengembangkan potensi sungai tersebut, Sarju sebagai ketuanya.

Pengembangan diarahkan pada edukasi dan ekonomi warga. Mula-mula segmen yang disasar peminat ikan hias, yang akan diawali dengan membuat deretan akuarium luar ruangan.

"Perlahan ekonomi terangkat walau kecil, makanan kecil warung dibeli orang yang pagi lihat ikan sambil sarapan. Orang sini juga semakin guyub, bersosial di sungai, bakar ikan. Kalau dulu cangkrukan (nongkrongnya) di jalan sana, sekarang di sini," ujar Sarju.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/03/14/084915978/perubahan-sungai-seng-banyuwangi-dulu-penuh-tinja-dan-sampah-kini-berisi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke