Salin Artikel

Cerita Pemilik Usaha Keripik Buah di Kota Batu, Berhasil Bangkit Setelah Manfaatkan TikTok

Pemilik Kendedes Selecta Fruit Khamim Tohari mengatakan, usaha miliknya yang sudah dibangun sejak 2014 itu sampai tutup akibat sepinya orderan saat awal pandemi melanda.

"Waktu itu toko oleh-oleh enggak ada pesanan, wisatawan menurun dan kita kehilangan pendapatan sehingga sejak awal Covid-19 2020 sampai Oktober 2021 tutup," kata Khamim saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/3/2022).

Khamim memberanikan diri memulai usahanya kembali pada November 2021. Ia mulai memanfaatkan media sosial TikTok untuk memasarkan produknya.

"Saya pikir-pikir pesanan sekarang kan jumlahnya jauh berkurang dibandingkan sebelum pandemi, kemudian TikTok ini kan banyak penggunanya terus viral, saya kepikiran kenapa tidak memanfaatkan ini. Akhirnya ya sudah saya jalankan," tutur Khamim.

Awalnya, Khamim harus mengeluarkan modal ratusan ribu rupiah supaya akun TikTok-nya yakni @keripikkendedes1 dapat dilihat banyak pengguna.

Awalnya, ia juga canggung untuk tampil dan berbincang di media sosial itu.

 "Saya modal hanya beberapa kali, hanya di awal nggak setiap hari, cuma Rp 30 ribu setiap mau dapat viewers," katanya.

"Kalau hari kerja biasanya saya promosi lewat TikTok itu jam 12 siang sama sore hari, terus kalau Minggu kadang lebih nggak kenal waktu, karena banyak orang libur jadi momen untuk usaha," katanya.

Saat ini, pemesan keripiknya juga dari luar negeri yang rata-rata merupakan pekerja migran asal Indonesia. Seperti di Hongkong, Thailand, Malaysia dan lainnya.

Meski begitu, ia merasa ongkos kirim ke luar negeri sangat mahal.

"Biasanya lebih dari 10 bungkus pesennya tapi, ongkos kirimnya juga lebih mahal seperti ke Malaysia itu Rp 95.000 per kilonya, ke Thailand juga Rp 110.000, kalau bisa murah," katanya.

Selain itu, produksi keripik buahnya dipasarkan di berbagai daerah di Indonesia. Seperti Malang, Jakarta, Surabaya dan Bandung.

Setiap harinya, Khamim bisa memproduksi 300 kilogram keripik. Keripik buah milik Khamim dijual Rp 110.000 hingga Rp 140.000 per kilogram, tergantung jenisnya.

Kemudian, untuk proses pembuatan keripik buah dilakukan dengan higienis. Mulai dari pengupasan, pemotongan, penggorengan, penyortiran, hingga pengemasan.

Masing-masing pegawai selalu menggunakan masker dan sarung tangan. Total ada sekitar 20 pegawai yang merupakan warga sekitar tempat usahanya.

Omzet capai Rp 1,5 juta sehari

Khamim mengatakan, omzet usahanya itu sekitar Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per hari.

"Untuk omzet perhari bisa Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta, ini kondisi menurun di bulan Januari sampai Maret, mudah-mudahan setelahnya permintaan pemesanan bisa naik karena menjelang Ramadhan juga," ungkapnya.

Strategi pemasaran yang dilakukannya melalui TikTok justru membuatnya kewalahan melayani permintaan.

Untuk memenuhi kebutuhan keripik yang ada, ia tidak jarang bekerja sama dengan industri keripik buah lainnya.

Meskipun begitu, kondisi tersebut menurutnya belum seperti saat sebelum pandemi Covid-19 yang bisa memproduksi keripik hingga dua kali lipat.

Ke depan, dia berharap, kondisi penjualan keripik buahnya semakin meningkat dan pandemi Covid-19 segera berakhir.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/03/11/175220178/cerita-pemilik-usaha-keripik-buah-di-kota-batu-berhasil-bangkit-setelah

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com