Salin Artikel

Angka Stunting di Banyuwangi Meningkat, Dinkes Ungkap Penyebabnya

Tahun 2019 stunting diderita 7.527 anak atau 8,1 persen dari jumlah anak di Banyuwangi.

Sementara tahun 2020, jumlahnya naik menjadi 7.909 atau 8,2 persen yang tersebar di 25 kecamatan di Banyuwangi.

Data itu dipublikasikan Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama Muslimat NU, yang bersumber dari laporan Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi.

"Kita itu termasuk yang agak tinggi, dan ini menjadi prioritas, tidak hanya di provinsi dan Banyuwangi, tetapi juga di nasional. Sehingga stunting ini harus ditangani secara khusus," kata Kepala Dinkes Banyuwangi Amir Hidayat, Selasa (8/3/2022).

Menurut Amir, tingginya angka stunting tersebut bisa menganggu pembentukan dan perkembangan otak pada banyak anak Banyuwangi.

Sebab, sejak dalam kandungan hingga usia 5 tahun, merupakan masa penting pertumbuhan otak anak.

Masa perkembangan itu, kata dia, akan terganggu atau hilang jika anak mengidap masalah gizi atau stunting.

Untuk itu, pihaknya tengah menyiapkan jaring deteksi kasus stunting yang bekerja sama dengan Muslimat NU dan Nasyiatul Aisyiyah, hingga tingkat RT.

Amir menuturkan, aplikasi pelaporan kasus stunting tengah dikembangkan agar pihak-pihak tersebut bisa mengirimkan informasi pada Pemkab Banyuwangi bila menemukan kasus stunting.

"Sehingga harapannya nanti akan kami siapkan aplikasi, yang bisa diinformasikan berapa jumlah ibu hamil, berapa jumlah yang risiko tinggi, yang bisa segera diinformasikan ke kami," kata Amir.

Penyebab kenaikan

Menurutnya, meningkatnya jumlah kemiskinan di Banyuwangi akibat pandemi Covid-19 turut menyebabkan naiknya angka kasus stunting.

Selain itu, pengetahuan masyarakat yang tidak memadai dan tingginya kasus TBC, membuat banyak anak tidak mengkonsumsi gizi yang cukup.

Oleh karena itu, sebagai pencegahan pada kasus stunting baru, harus dilakukan dengan edukasi dan ketahanan pangan untuk masing-masing keluarga.

Dia berharap tokoh agama, tokoh masyarakat, dan berbagai kelompok masyarakat, turut memberikan edukasi pentingnya gizi untuk anak.

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mengatakan, salah satu poin edukasi mereka mengenai stunting pada masyarakat adalah masalah jumlah konsumsi gula dan produk susu kental manis.

Misalnya di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, mereka bertanya pada orang tua dan anak-anak mengenai konsumsi produk susu kental manis.

“Persoalan-persoalan yang kami temukan di lapangan itu beragam. Ada yang orang tua memang tidak tahu mengenai kandungan susu kental manis, atau bahkan ada yang sudah tahu tapi masih memberikan susu kental manis untuk anaknya. Alasannya juga macam-macam, ada yang karena lebih murah atau anaknya lebih suka,” kata Arif melalui keterangan tertulis.

Padahal menurutnya, sering mengkonsumsi produk susu kental manis, bisa menyebabkan badan terlalu banyak kemasukan gula.

Sedangkan gula adalah media yang paling disenangi sel-sel kanker, sehingga harus dibatasi agar tidak merusak asupan gizi untuk anak-anak.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/03/09/110022578/angka-stunting-di-banyuwangi-meningkat-dinkes-ungkap-penyebabnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke