Salin Artikel

Kesaksian Nur Kholis, Ketua RT yang Jadi Sasaran Pertama Pembacokan Sadis di Kediri

Nur Kholis, salah seorang korban selamat sekaligus orang pertama yang dibidik R menceritakan kronologi peristiwa yang terjadi Senin (7/3/2022) sekitar pukul 13.00 WIB itu.

Kholis yang merupakan Ketua RT itu mengaku melihat R membawa parang di sekitar pos kamling desa.

Kholis melihat R berbeda dari biasanya. Perbedaan itu terlihat dari mimik wajah R.

"Lalu saya tanya mau cari apa, tapi dia enggak jawab," ujar Kholis di rumahnya, Selasa (8/3/2022).

Selang beberapa menit kemudian, R mulai merespons, tetapi dengan kalimat yang tidak jelas maksudnya.

"Katanya mau cari anak, tapi enggak jelas anak siapa. Saat itu dia terus mendekat ke saya," lanjut Kholis.

Melihat gelagat yang mencurigakan itu, Kholis menyelamatkan diri dengan masuk ke dalam rumah mertuanya. Ia mengunci pintu rumah dari dalam.

Ternyata, R yang sedang membawa parang itu mengejar Kholis dan mendobrak pintu rumah hingga rusak. Kholis lalu keluar dan melarikan diri.

Namun, Aziz dan Komariatun, mertua dan adik Kholis yang berada di dalam rumah menjadi sasaran amukan parang R. Aziz merupakan salah satu korban yang tewas. Sementara Komariatun menderita luka.

Setelah menyerang Aziz dan Komariatun, R kembali mengejar Kholis ke area sumur.

"Saya sempat dikejar mengelilingi sumur," lanjutnya.

Saat itu, Siswo yang merupakan ayah dari R, berusaha melerai. Melihat hal itu, Kholis kembali lari.

Namun, Siswo yang kalah tenaga menjadi korban pembacokan. R juga membacok ibunya, Tuminah.

Ketika melarikan diri dari R, Kholis bertemu Kasianto, warga lainnya. Ia menceritakan peristiwa yang dialaminya.

Kasianto pun mencoba menolong para korban, tetapi usahanya itu justru berbuah celaka. Kasianto diserang R hingga mengalami luka di pelipis kanan.

Bahkan, R juga menyerang istri dan anak Kasiyanto, Binti Mujayanah dan Lailatul Saniyah.

Usai penyerangan terhadap Kasianto dan keluarganya itu, Kholis mengaku tak tahu lagi apa yang terjadi. Ia berusaha menyelamatkan diri dari amukan R.


Selain korban di atas, R juga menyerang dua warga lainnya, Kristiono dan Trinah.

Meski jadi orang pertama yang disasar R, Kholis mengaku tak pernah punya masalah pribadi dengan pelaku. Ia juga tak tahu masalah yang dialami tetangganya itu.

"Seumpama tahu dia ada masalah, saya enggak berani negur," jelasnya.

Empat lokasi tempat kejadian perkara

Berdasarkan catatan kepolisian, terdapat empat tempat kejadian perkara dalam kasus tersebut.

Lokasi pertama adalah rumah Abdul Aziz, mertua Nur Kholis, dengan jumlah korban 2 orang, yaitu Abdul Aziz yang meninggal dunia dan Komariatun luka-luka.

Lokasi kedua adalah rumah Kasianto, terdapat lima korban di lokasi itu. Mereka adalah Kasianto, Lailatul Saniyah, Riyanti, dan Kristiono yang terluka. Sementara itu, Binti Mujayanah meninggal dunia.

Lokasi ketiga adalah rumah Poniran dengan satu korban meninggal dunia, yaitu Trinah.

Lokasi selanjutnya adalah rumah orangtua R, terdapat dua korban yaitu Siswo dan Tuminah. Kedua orangtua R itu mengalami luka-luka.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/03/09/051800678/kesaksian-nur-kholis-ketua-rt-yang-jadi-sasaran-pertama-pembacokan-sadis-di

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com