Salin Artikel

Puluhan Siswa SD di Bangkalan Keracunan Usai Santap Nasi Goreng di Sekolah

Lurah Pangeranan Agus Deny menjelaskan, dirinya mendapatkan laporan dari RW terkait warganya yang banyak keracunan.

"Itu kejadiannya kemarin, dan saya mendapatkan laporan langsung dari pihak RW bahwa warga Kampung Lebak, Pangeranan Bangkalan ada 25 orang keracunan," papar Agus saat dihubungi melalui sambungan teleponnya, Jumat (25/2/2022).

Agus mengatakan, korban keracunan nasi goreng tersebut mayoritas adalah siswa SD. Selain itu, ada pula warga lainnya. 

Keluhan yang dialami oleh para korban seperti mual dan muntah terus-menerus.

Orang tua masing-masing korban langsung berinisiatif membawa anaknya ke RS Ana Medika dan Puskesmas Seninan agar mendapatkan penanganan dari tenaga medis.

"Korban sebagian dirawat di rumah sakit Ana Medika, sebagian di Puskesmas Bangkalan dan sebagian lainnya dirawat di rumah, serta sebagian ada yang dirawat di rumah masing-masing,” terang Agus.

Untuk memastikan penyebab keracunan tersebut, Agus telah berinisiatif membawa sampel nasi goreng ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan untuk dites di laboratorium.

Sementara itu salah satu orang tua korban, Maulidiyah mengaku sangat panik saat anaknya mengalami kejadian tersebut.

Sebab nasi goreng murah yang biasa dibeli anaknya itu sudah lama berjualan di lokasi tersebut dan warga sekitar pun juga banyak yang membeli. Harganya hanya Rp 3.000 per bungkus.

"Nggak tahu ya kok bisa begini, tapi kemarin anak saya langsung saya belikan degan ijo, saya kasih minum air kelapa degan ijo itu, alhamdulillah nggak sampai dibawa ke rumah sakit," sebut dia.

Tak sekolah

Kepala SDN Pengeranan 5 Kadirun mengatakan, sejumlah siswanya yang keracunan belum ada yang kembali sekolah.

Dia meyakini bahwa semua muridnya masih dalam tahap pemulihan.

"Tadi sebagian guru sudah saya minta tolong untuk menjenguk para murid yang kemarin menjadi korban itu, ada yang langsung ke Puskesmas Seninan ada juga yang ke rumah sakit Ana Medika bahkan ada yang langsung ke rumah korban," papar dia.

Dari laporan guru, ada sebagian yang sudah pulang dari Puskesmas.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Puskesmas Seninan Wiwid Mayasari menegaskan bahwa kejadian yang menimpa siswa keracunan itu perkembangannya terus membaik.

"Kemarin yang masuk ke sini ada tiga orang, ada yang pulang malamnya, ada yang pulang tadi, ketiganya sudah dinyatakan sembuh oleh petugas kami," ungkap Mayasari kepada Kompas.com.

Disebutkan oleh Mayasari, korban yang masuk hanya mengalami gejala ringan, setelah petugas memberikan cairan infus sebagai pengganti, kondisinya mulai membaik secara perlahan.

"Setelah dilakukannya observasi oleh petugas kesehatan kita, kondisi terus bagus. Maka kami izinkan pulang," sebut  dia.

Bupati buka suara

Atas kejadian tersebut Bupati Bangkalan RK Abdul Latif Amin Imron juga ikut angkat bicara.

Sapaan Akrab Bupati, Ra latif meminta agar pihak sekolah memperhatikan keamanan terhadap kesehatan semua siswa.

Menurutnya, kepala sekolah dan guru, serta wali murid lebih hati-hati untuk menerima pedagang yang berada di sekolah.

"Mereka harus mengedepankan asas sehat, karena saat ini pandemi sehingga makanan yang dikonsumsi oleh siswa benar-benar steril," ungkap Ra Latif melalui sambungan teleponnya.

Ra Latif menginginkan, kantin yang ada di sekolah harus lebih diberdayakan sehingga jajanan lebih berkreasi sehingga siswa dan siswi tertarik yang ada di sekolah setempat.

"Jadi siswa tidak perlu beli makanan yang ada di luar sekolah yang kita tidak tahu kehigienisan makanan itu sendiri," terang dia.

Sebagai langkah antisipasi Ra Latif akan berkoordinasi langsung dengan pihak Dinas Pendidikan Bangkalan untuk menjamin sterilisasi makanan bagi para siswa, dengan cara memberdayakan koperasi di setiap sekolah.

"Kami akan berkoordinasi dengan Kepala Disdik, untuk dievaluasi supaya koperasi di lingkungan sekolah lebih diperhatikan," pungkasnya. 

https://surabaya.kompas.com/read/2022/02/25/190615578/puluhan-siswa-sd-di-bangkalan-keracunan-usai-santap-nasi-goreng-di-sekolah

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com