Salin Artikel

Hujan Deras Sebabkan Banjir di Surabaya, Ini yang Dilakukan Eri Cahyadi

SURABAYA, KOMPAS.com - Kota Surabaya, Jawa Timur, dilanda hujan deras dan angin kencang pada Senin (21/2/2022) sore. Bahkan, di sebagian wilayah terdapat hujan es.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, hujan deras disertai es dan angin kencang itu disebabkan oleh cuaca ekstrem.

"Berdasarkan perkiraan BMKG, terjadi cuaca ekstrem yang menimpa Kota Surabaya. Akhirnya seperti ini, bahkan juga terjadi hujan es dan puting beliung. Maka saya langsung turun untuk melakukan pengecekan," kata Eri Cahyadi saat meninjau dampak hujan dan angin kencang, Senin (21/2/2022) malam.

Eri mengatakan, terdapat sejumlah titik yang banjir akibat hujan deras itu. Seperti di Jalan Golf I/1 Kelurahan Gunung Sari, Kecamatan Dukuh Pakis, Surabaya.

Di tempat itu, genangan air baru surut setelah disedot melalui pompa air oleh petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (PMKP).

Selain di kawasan Gunung Sari, banjir juga terjadi di Jalan Raya Menganti Wiyung. Banjir di lokasi membuat arus kendaraan macet.

"Saya ke arah Wiyung dan saya tahu ada genangan yang lumayan tinggi di atas mata kaki dan itu membuat macet. Akhirnya saya membuat dua arah, jalan yang banjir saya tutup dan saya oper ke satu sisi. Yakni jalan yang tepat di depan basecamp PMKP," kata dia.

Banjir di lokasi itu juga surut setelah dilakukan penyedotan. Eri memastikan, seluruh banjir di Kota Surabaya surut pada pukul 23.00 WIB melalui upaya penyedotan.

"Alhamdulillah pukul 21.00 WIB kita mulai dan pukul 23.00 WIB sudah surut semuanya. Jadi ini lah yang saya harapkan kolaborasi dengan semua tim, harusnya tanpa saya pun sistem ini berjalan," ungkap dia.

Pihaknya meminta petugas Dinas PMKP untuk selalu siaga melakukan penyedotan terhadap genangan yang terjadi akibat hujan deras di Surabaya.


Sementara itu, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (PMKP), Dedik Irianto, menjelaskan bahwa pihaknya menerjunkan 11 unit untuk melakukan pemompaan dan penyedotan air di Jalan Raya Menganti Wiyung.

"Unit yang diterjunkan ada 11 unit dan yang terbanyak dari rayon 4 dan sekitarnya. Estimasi kerja, sesuai target Pak Wali Kota pokoknya jalan ini bisa dilewati sampai jalan ini normal," jelas dia.

Ia menerangkan, pemompaan dan penyedotan air ini berlangsung hingga larut malam, karena sempat terjadi kemacetan panjang akibat air yang meluap ke jalan raya.

"Karena banjir maka jalan ini macet, maka kita kurangi air hingga jalan ini bisa dilewati," terang dia.

Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM), Lilik Arijanto, mengatakan bahwa faktor utama penyebab banjir di Kota Surabaya adalah curah hujan yang cukup tinggi, yang juga menyebabkan pohon tumbang.

Pihaknya akan membuat saluran air karena lokasi tempat penampungan air di Wiyung lebih rendah dibanding dengan kondisi jalan raya.

"Kita ke depan akan membuat saluran pembuangan atau crossing yang ke Kali Makmur dan harus ada tambahan lokasi lagi, jadi akan ada pelebaran dan pendalaman termasuk," tuturnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/02/22/094459178/hujan-deras-sebabkan-banjir-di-surabaya-ini-yang-dilakukan-eri-cahyadi

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com