Salin Artikel

Jembatan Bambu di Kelurahan Sisir Kota Batu Rawan Ambrol, Ini Penjelasan Pemkot

Hal itu juga diungkapkan seorang warga bernama Ervin Vinza dalam akun Facebooknya.

Jembatan bambu itu digunakan warga untuk menuju Masjid Cokro Ning Mukmin, Kota Batu.

"Jembatan ini adalah akses jalan orang-orang kampung kalau mau menuju masjid. Anak-anak yang sore mengaji ke masjid. Tapi sekarang jembatan ini adalah seonggok bambu-bambu yang rapuh, yang tak terkondisikan, dan tak terperhatikan sama sekali. Adakah yang masih mau peduli selain kami warga sekitar????," tulis Ervin Vinza dikutip dari akun Facebooknya.

Dari pantauan Kompas.com di lokasi pada Minggu (20/2/2022) siang, terlihat beberapa bagian jembatan yang hampir ambrol. Jembatan tersebut memiliki panjang sekitar 10 meter dan lebar satu meter.

Salah satu warga, Ali Mukti (48) mengatakan bahwa warga yang kerap menyebrangi jembatan tersebut berasal dari RT 01 dan RT 08.

Menurutnya warga memilih akses jembatan tersebut karena dirasa lebih cepat dibanding harus memutar lewat jalan lainnya.

"Biasanya kalau mau shalat Jumat, kemudian anak-anak sore mau ngaji, terus kalau mau sekolah biasanya juga kan langsung lurus ini ke jalan raya, lebih dekat," katanya.

Dia menyampaikan bahwa jembatan tersebut dibuat oleh warga sekitar empat tahun lalu secara swadaya. Kemudian satu tahun berselang, warga sudah pernah memperbaiki jembatan tersebut.

"Terus sejak pandemi (Covid-19) itu nggak pernah dibetulkan, ya rawan ambrol mas, tapi belum ada yang sampai jatuh ke sungai. Jangan sampai terjadi," ujarnya.

Pemkot tak bisa langsung membenahi jembatan

Sedangkan, Kepala Dinas PUPR Kota Batu Alfi Nurhidayat mengatakan pihaknya tidak bisa serta merta membenahi jembatan tersebut karena bukan berada pada akses jalan utama.

Sehingga dia menyarankan, agar warga mengusulkan perbaikan jembatan melalui musyawarah rencana p embangunan (musrenbang) tingkat kelurahan terlebih dahulu.

"Tetapi biar tepat sasaran, mengikuti alur prosedur yang ada mulai dari usulan masyarakat, musbang kelurahan/desa, musrenbang kecamatan baru ke kota. Nanti itu diklasifikasikan, itu siapa mengerjakan, tingkat urgensinya, butuh anggaran berapa, nanti dipetakan semua," ungkapnya.

Menurutnya jika memang menjadi usulan prioritas, bisa saja pembenahan jembatan tersebut dilakukan pada tahun ini.

"Intinya kalau itu mendesak atau urgent, tidak menutup kemungkinan nanti kita bangun, nanti yang bangun kelurahan atau cipta karya atau siapa nanti mekanisme di musrenbang yang menentukan, atau mungkin saja di PAK (Perubahan Anggaran Keuangan) nanti," katanya.

Sedangkan, Lurah Sisir M Viata Aria Pranaka mengatakan soal jembatan tersebut sebenarnya antara pemangku wilayah, dalam hal ini lingkup RT sudah dilakukan koordinasi. Hasilnya warga bersepakat untuk tidak terlebih dahulu mengusulkan adanya pembenahan jembatan itu.

"Warga sendiri sudah menyadari sebenarnya masih ada pembangunan lainnya yang harus dikerjakan karena urgensinya lebih penting," kata Viata saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp.

Dia mengatakan sebenarnya sudah ada tiga akses jembatan cor di tempat lainnya. Namun memang diungkapkannya waktu yang dibutuhkan menuju Masjid Cokro Ning Mukmin lebih lama sekitar 10 menit dengan berjalan kaki.

Ke depan pihaknya akan memberi tanda tidak boleh melintas sementara waktu di jembatan tersebut. Pihaknya juga tetap akan menerima usulan dari masyarakat apabila jembatan tersebut penting untuk diperbaiki.

"Akan kita beri plang, nanti ditambah seperti police line sementara waktu, dan akan kita musyawarahkan dengan warga sekitar lagi, sekiranya bahaya lebih baik tidak digunakan, apabila memang ingin di bangun ya harus bersabar dan kita usulkan di musrenbang melihat skala prioritasnya," jelasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/02/20/152429378/jembatan-bambu-di-kelurahan-sisir-kota-batu-rawan-ambrol-ini-penjelasan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com