Salin Artikel

Bermula 1 Spanduk Keluhan Peternak Diturunkan Polisi, Ratusan Spanduk yang Sama Bertebaran di Blitar

Munculnya ratusan spanduk ini, menurut peternak, berawal dari satu spanduk berisi keluhan peternak ayam petelur di Kecamatan Nglegok yang diturunkan oleh pihak kepolisian.

"Peternak Telur Rakyat. Kami Sudah Menyerah". Demikian tertulis pada spanduk-spanduk tersebut.

Penjelasan peternak

Pengurus Paguyuban Peternak Rakyat Nusantara (PPRN) Suroto mengatakan, penurunan spanduk yang terjadi di Desa Kedawung, Kecamatan Nglegok telah membangkitkan solidaritas seluruh peternak ayam petelur di Kabupaten Blitar.

Solidaritas itu, kata dia, berupa pembuatan dan pemasangan spanduk yang sama persis dengan yang dipasang peternak di Kecamatan Nglegok.

"Jadi sekarang saya pastikan ada ratusan spanduk yang sama terpasang di setiap desa di Kabupaten Blitar. Di mana ada peternak ayam petelur, di situ ada spanduk terpasang," kata Suroto saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (18/2/2022).

Mereka bereaksi karena kondisi usaha peternak ayam petelur, akhir-akhir ini sangat tidak stabil.

Peternak skala menengah ke bawah atau peternak rakyat berkali-kali meminta perlindungan ke pemerintah. Namun hingga kini, menurut mereka, peternak belum mendapatkan dukungan nyata.

"Bahkan pada pertemuan terakhir beberapa waktu lalu antara kami dengan Dirjen Peternakan, jelas pihak Dirjen Peternakan tidak berpihak kepada peternak rakyat," ujar Suroto, peternak yang pernah diundang ke Istana Kepresidenan untuk berdialog dengan Jokowi beberapa bulan lalu.

Tulisan di bawahnya berisi kebijakan era Orde Baru yang melarang perusahaan besar ikut memroduksi telur ayam.

Bidang lain spanduk, bergambar ayam petelur dengan teks berbunyi: "Pak Jokowi kami pasrahkan usaha kami kepadamu. Kami sudah tidak sanggup lagi bersaing dengan integrator".

Koordinator peternak rakyat Kecamatan Nglegok Sugeng Riyadi menuturkan kronologi pemasangan spanduk yang kemudian disebutnya diturunkan oleh pihak kepolisian.

Sugeng mengatakan, peternak ayam petelur di Nglegok sepakat memasang satu spanduk sebagai ungkapan kekecewaan atas hasil pertemuan perwakilan peternak dengan Dirjen Peternakan di Kementerian Pertanian beberapa waktu lalu.

Menurutnya, inti dari hasil pertemuan itu bahwa pemerintah tidak berniat memberikan dukungan dan perlindungan usaha kepada peternak rakyat.

"Maka kami sepakat memasang spanduk itu dan membandingkan kondisi peternak hari ini dengan era Orde Baru yang lebih terlindungi," kata dia.

Spanduk itu, ujarnya, dipasang pada Senin (14/2/2022), setelah pihaknya juga menyampaikan pemberitahuan kepada pemerintah desa setempat.

Keesokan harinya, Selasa (15/2/2022), Sugeng mengaku mendapat panggilan untuk datang ke Balai Desa Kedawung.

Beberapa orang dari Polsek Ponggok, Koramil, dan juga Pemerintah Kecamatan sudah menunggunya.

"Kami diminta untuk menurunkan spanduk itu dengan alasan akan mengganggu situasi kamtibmas yang kondusif," ujar Sugeng kepada Kompas.com. 

"Tapi kami tidak mau jika harus menurunkan sendiri spanduk itu, kami minta pihak kepolisian juga ikut menurunkan. Karena bagi kami, tidak ada aturan perundangan yang kami langgar dengan pemasangan spanduk itu," tambahnya.

Setelah negosiasi, akhirnya pihak kepolisian bersedia ikut menurunkan spanduk tersebut.


Penjelasan polisi

Sementara itu, saat dikonfirmasi, Kapolsek Ponggok Iptu Nur Budi menyatakan penurunan spanduk tersebut dilakukan sendiri oleh para peternak atas kesadaran mereka.

Penurunan dilakukan setelah dilakukan pendekatan oleh unsur tiga pilar, yakni Polsek, Koramil dan Pemerintah Kecamatan.

"Tolong diluruskan. Jadi tidak ada pro kontra masalah isi spanduk itu. Tapi ini demi menjaga situasi kondusif, akhirnya masing-masing dengan kesadaran mau menurunkan spanduk itu. Daripada nanti jadi rame, yang lain ikut-ikut, yo wis diturunkan," ujarnya. 

https://surabaya.kompas.com/read/2022/02/18/153947778/bermula-1-spanduk-keluhan-peternak-diturunkan-polisi-ratusan-spanduk-yang

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com