Salin Artikel

Cerita Remaja di Jember, Ayah dan Ibunya Tewas Saat Ritual di Pantai Payangan: Semua Berpakaian Hitam

Kedua korban meninggalkan lima anak yang saat ini tinggal bersama sang kakek, Maid dan neneknya, Painah.

Didampingi kakek dan neneknya, SAM (15) anak sulung korban bercerita jika ayah dan ibunya sudah dua bulan terakhir mengikuti kelompok tersebut.

Selama dua bulan bergabung, mereka sudah mengikuti tiga kali ritual di Pantai Payangan Menurut pengakuan MAS, dirinya pernah diajak sang ayah untuk mengikuti ritual.

"Ritualnya ada ke Pantai Payangan, ada juga ke pegunungan," ujar dia, Minggu (13/2.2022).

SAM dan dua orang adiknya yang cukup besar secara bergantian dibawa ikut ke pengajian kelompok tersebut.

Pengajian biasanya diadakan di rumah Ketua Kelompok Tunggal Jati, Nurhasan di Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi, Jember.

"Kadang yang di Abah, dekat rumah," imbuh SAM sambil menyebut salah satu tetangganya.

Lalu sekitar pukukl 23.00 WIB, mereka berangkat ke Pantai Payangan yang berada di sisi selatan Bukit Samboja.

SAM mengetahui proses ritual tersebut karena pernag diajak sekali mengikuti ritual tersebut.

Dia menceritakan saat mengikuti ritual, mereka memakai kaus hitam berlogo dan bertuliskan nama kelompok Tunggal Jati.

"Semuanya berpakaian hitam," tuturnya.

Setelah berada di tepi pantai, mereka berdiri menghadap ke pantai dengan lengan saling bergandengan. Kemudian mereka duduk, masih menghadap laut.

Dalam ritualnya, mereka membaca sejumlah bacaan seperti syahadat, surat Al-Fatihah, beberapa surat pendek, juga bacaan dalam bahasa Jawa.

SAM menyebut, ritual itu seakan memanggil ombak.

"Jadi dari ombaknya kecil, sampai besar. Tubuh memang harus terkena ombak. Ritual berakhir dengan mandi di laut," imbuhnya.

Menurut SAM, ritual dilakukan setiap penanggalan Kliwon di kalender Jawa

Peristiwa maut menewaskan 11 orang terjadi pada Minggu Kliwon dini hari. Sementara ritual sebelumnya digelar Kamis Kliwon atau Kamis (3/2/2022), 10 hari sebelum kejadian.

Sementara itu Kapolsek Ambulu, AKP Maruf mengatakan ombak besar menggulung peserta ritual ketika peserta masih dalam tahapan berdiri.

"Mereka berdiri di tepi laut, sedangkan kondisi ombak besar," ujar Kapolsek Ambulu, AKP Maruf.

Ia juga mengatakan petugas pantai saat itu sudah memperingatkan para pelaku ritual agar tidak beraktivitas di sekitar pantai karena ombak sedang tinggi.

“Rombongan itu tetap ke pantai untuk ritual,” kata Kapolsek Ambulu.

Ombak Pantai Selatan sedang besar juga diakui oleh juru kunci makam Bukit Samboja, Salidin.

"Ombaknya besar, dan sudah saya beri pesan supaya jangan dekat-dekat laut," ujarnya.

Belakangan terungkap jika para pelaku ritual dari Padepokan Tunggal Jati Nusantara telah melanggar aturan.

Mereka masuk ke lokasi terlarang untuk wisatawan.

Padahal di Pantai Payangan yang memanjang tersebut ada area yang terbuka dan khusus untuk pengujung karena ombaknya relatif landai.

Untuk memisahkan pantai yang tertutup untuk pengunjung, ada pembatas dari jarang nelayan. Di lokasi itu terdapat tulisan bahwa pengunjung dilarang masuk ke pantai ini.

Menurut keterangan pengelola, peserta melakukan ritual di pantai yang tertutup untuk wisatawan.

Mereka tak mengindahkan imbauan dari petugas pantai dan tetap menggelar ritual pada Minggu dini hari .

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Pilu, Remaja di Jember Ceritakan Orang Tuanya Jadi Korban Ritual Maut di Pantai Payangan: Kliwon

https://surabaya.kompas.com/read/2022/02/15/080400478/cerita-remaja-di-jember-ayah-dan-ibunya-tewas-saat-ritual-di-pantai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke