Salin Artikel

Kisah Pilu Balita Berkelamin Ganda di Surabaya, Tak Bisa Dioperasi karena Kurang Gizi

Sejak lahir ke dunia pada Maret 2020, anak kedua dari pasangan Surahman (41) dan Yuliani (34) ini memiliki kelamin ganda. Kondisi tubuhnya juga nampak ringkih.

Berdasarkan penuturan kedua orangtuanya, Fitriyah tak kunjung dioperasi karena kekurangan gizi.

Surahman mengatakan, menjelang persalinan, istrinya disebut normal dan tak memiliki gejala apapun. Saat itu, istrinya melakukan persalinan di salah satu RS Ibu dan Anak di Kota Surabaya.

Namun setelah Fitriyah lahir, dokter di rumah sakit setempat menganjurkan agar Fitriyah dibawa ke RSUD Dr Soetomo.

Saat itu, orangtua Fitriyah tak mengetahui bahwa anaknya berkelamin ganda.

Surahman dan Yuliani hanya bisa menuruti saran dari dokter tersebut untuk membawa Fitriyah ke RSUD Dr Soetomo karena tak ingin anaknya jatuh sakit.

"Jadi, saat dia lahir langsung dirujuk ke RSUD Dr Soetomo, langsung diperiksa, tes darah juga, ternyata kondisinya normal, ndak masalah. Cuma nginep satu malam saja terus pulang," kata Surahman saat ditemui Kompas.com di kediamannya di Jalan Tanjung Sari, Jaya Bakti, Kecamatan Tandes, Surabaya, Rabu (2/2/2022) malam.

Gejala muntah hingga demam

Sebulan kemudian pasca-lahir, Fitriyah mulai menunjukkan gejala kurang sehat.

Balita yang akan genap berusia dua tahun pada Maret mendatang itu memiliki gejala demam tinggi, muntah hingga tak mau minum ASI.

Surahman segera membawa Fitriyah ke dokter dan menanyakan gejala-gejala yang dialami anak bungsunya itu.

Saat itu, barulah dokter menyampaikan bahwa Fitriyah memiliki kelamin ganda.

"Setelah hampir satu bulan, baru dia ada tanda-tanda mulai muntah, panas, nggak mau minum susu. Nah, di situ baru dokter mengutarakan kalau ini anaknya kelaminnya ganda. Ini harus minum obat terus soalnya hormonnya ini kurang bekerja dengan baik. Jadi harus diperiksa semua," ucap Surahman.

Hasil diagnosa dari rumah sakit pun menunjukkan jika Fitriyah tergolong balita yang memiliki kelainan.

Surahman menuturkan, dokter yang mengobati anaknya itu menyebut bahwa Fitriyah tergolong balita Congenital Adrenal Hyperplasia (CAH) yakni penyakit keturunan yang membuat penampilan fisik seorang wanita tampak lebih maskulin (ambigous genitalia).

"Selama satu minggu berobat ke dokter, habis itu kondisinya membaik. Satu minggu kemudian, dia sakit lagi," kata Surahman.

Ia kemudian membawa anaknya ke RS Bhakti Darma Husada, Surabaya.

Namun karena fasilitas dan peralatannya kurang lengkap, Fitriyah kembali dibawa ke RSUD Dr Soetomo.

Usai pemeriksaan, dokter memutuskan tak langsung mengoperasi Fitriyah karena kondisi berat badan yang sangat kurang.

"Pernah nanya ke dokter di RSUD Dr Soetomo, itu nunggu anaknya sehat sama berat badannya naik dulu. Kalau anaknya stabil sehat, berat badannya naik nanti akan dilakukan tindakan selanjutnya. Jadi untuk sementara kita nunggu kondisi anak," tutur Surahman.

Kondisi kurang gizi ini tak lepas dari keadaan ekonomi orangtua Fitriyah yang tergolong menengah ke bawah. 

Surahman yang berprofesi sebagai kuli bangunan dan kerja serabutan tak memiliki penghasilan tepat.

Upah yang didapat juga tak cukup untuk memenuhi gizi anaknya yang menderita kelainan kelamin ganda.

Fitriyah juga terlihat tak selincah anak pada umumnya. Ia dan kakak perempuannya yang berusia 12 tahun hanya bisa bermain di rumah petak seluas 3x3 meter. 

Surahman kini hanya bisa menanti kepedulian orang-orang baik untuk membantu agar Fitriyah mendapat asupan makanan bergizi. 

"Sekarang ini lagi nggak kerja, (kerja) bangunan kadang ya kerja kalau ada, kalau nggak ada ya nggak kerja. Kalau bangunan sehari paling dapat Rp 100.000," kata Surahman.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/02/03/122116678/kisah-pilu-balita-berkelamin-ganda-di-surabaya-tak-bisa-dioperasi-karena

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke