Salin Artikel

Mahasiswa di Pamekasan Demo Tolak Cawabup yang Pernah Berurusan dengan KPK

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Puluhan mahasiswa dan pemuda di Pamekasan berunjuk rasa di depan Kantor DPRD Pamekasan, Senin (31/1/2022). Mereka menolak nama Fattah Jasin untuk jadi calon pengganti wakil Bupati Pamekasan.

Nama Fattah Jasin diusulkan oleh Bupati Pamekasan Baddrut Tamam ke panitia pemilihan pada Selasa (2/1/2022) untuk mengisi posisi wakil Bupati Pamekasan yang kosong setelah Wakil Bupati Pamekasan Raja'e meninggal pada Desember 2020 lalu.

Koordinator aksi, Abdussalam Marhaen mengatakan, ada dua faktor nama Fattah Jasin ditolak oleh massa aksi. Pertama, karena dia bukan orang Pamekasan. Kedua, karena dia pernah berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus suap yang melibatkan mantan Bupati Tulungagung Syahri Mulyo.

"Kami tidak tahu dari mana asalnya Fattah Jasin. Selain itu, KPK saat ini tengah mengembangkan kasus eks Bupati Tulungagung, Fattah Jasin terlibat karena rumahnya pernah digeledah KPK," terang Abdussalam Marhaen dalam orasinya.

Abdus menambahkan, kasus yang menimpa mantan Bupati Tulungagung yang diduga melibatkan Fattah Jasin pada 2018 lalu, saat ini masih terus dikembangkan oleh KPK. Oleh sebab itu, untuk menjaga nama baik Kabupaten Pamekasan, pihaknya meminta panitia pemilihan di DPRD Pamekasan mencoret nama Fattah Jasin.

"Kami punya pengalaman pahit tahun 2017 lalu karena bupati dicokot KPK. Jangan sampai Pamekasan dinodai kembali karena ada pejabat yang ditangkap KPK," imbuh Abdus.

Abdus juga menyoroti Bupati Pamekasan Baddrut Tamam yang mengusulkan nama Fattah Jasin. Menurutnya, seharusnya Baddrut lebih selektif dalam memilih calon yang akan mendampinginya.

Baddrut juga seharusnya mendahulukan figur asal Pamekasan yang lebih memahami tentang budaya dan kondisi Pamekasan.

"Bupati sudah kehilangan kecerdasannya dan kehebatannya karena orang asing dan orang yang diduga korupsi dibawa ke Pamekasan untuk dijadikan pemimpin," ungkapnya.


Oleh sebab itu, Abdus meminta kepada 45 anggota DPRD Pamekasan untuk menolak nama Fattah Jasin. Bahkan, nama lainnya yang dianggap tidak serius mengurus Pamekasan juga diminta dicoret.

"DPRD jangan diam dan menganggukkan semua yang diusulkan bupati. Kalau kalian waras, tolak semua usulan bupati," tegasnya.

Ketua panitia pemilihan pergantian wakil Bupati Pamekasan, Fathurahman di hadapan massa demonstran menjelaskan, tugas Panlih atau panitia pemilihan harus sesuai dengan konstitusi bukan atas desakan siapapun.

Dikatakannya, Panlih sudah menyusun jadwal dan akan bekerja sesuai jadwal. Saat ini, tahapan penentuan wakil bupati itu sudah masuk pada tahap verifikasi faktual.

"Jika dalam tahapan ditemukan persyaratan yang kurang dan tidak dilengkapi, maka kami pastikan akan dicoret semua. Kami tidak ingin diatur siapapun," terang Fathorrahman.

Kompas.com di Pamekasan telah mencoba menghubungi Fattah Jasin melalui saluran telepon seluler berulang kali, namun yang bersangkutan tidak merespons.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/31/182902378/mahasiswa-di-pamekasan-demo-tolak-cawabup-yang-pernah-berurusan-dengan-kpk

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com