Salin Artikel

7 Warga Kampus UM Reaktif Covid-19, Sejumlah Fakultas Hentikan PTM

MALANG, KOMPAS.com - Sejumlah fakultas di Universitas Negeri Malang (UM) kembali menjalankan kuliah daring menyusul adanya tujuh warga kampus reaktif Covid-19 berdasarkan tes cepat antigen.

Sebelumnya, perguruan tinggi yang berlokasi di Kota Malang, Jawa Timur, itu sudah sepekan menggelar perkuliahan tatap muka (PTM).

Salah satu anggota Tim Satgas Covid-19 UM, dr Erianto Fanani menjelaskan, awalnya ada seorang mahasiswa yang mengeluh tidak enak badan. Kemudian, mahasiswa tersebut berinisiatif secara mandiri melakukan tes cepat antigen dan hasilnya reaktif.

"Itu dilaporkan ke dosennya sampai diketahui Satgas Covid-19 UM," kata Erianto saat diwawancarai di UM, Senin (31/1/2022).

Selanjutnya, pihaknya melakukan tracing dan testing kepada orang-orang yang kontak erat dengan salah satu mahasiswa tersebut dengan tes cepat antigen. Hasilnya, ada satu dosen dan lima mahasiswa yang reaktif.

Dengan begitu, total ada tujuh warga kampus UM yang terpapar Covid-19 berdasarkan tes cepat antigen.

"Dilakukan kemarin (30/1/2022), tapi saya tekankan hari ini (31/1/2022) kembali dites tapi PCR karena harapannya segera ketahuan dan dilakukan penanganan supaya tidak semakin menyebar luas. Hasil tes PCR Insyaallah keluar besok atau lusanya karena tanggal merah juga," jelasnya.

Mereka yang reaktif Covid-19 merupakan warga Kota Malang dan luar daerah. Mereka berasal dari sejumlah fakultas di UM.

"Intinya lebih dari satu fakultas, angkatannya juga beda-beda, untuk kondisinya baik semua karena sudah vaksin juga," ujarnya.


Dari tujuh orang tersebut, hanya ada satu orang yang menjalani isolasi mandiri (isoman) di tempat yang telah disediakan oleh pihak kampus. Sisanya, mereka yang menjalani isoman dan tetap dilakukan pemantauan.

"Kami selalu ada report atau laporan terhadap kondisinya bagaimana, kita minta juga sediakan saturasi oksigen, obat-obatan kita suport dari klinik UM, istilahnya pasien-pasien kebutuhan medisnya terpenuhi," katanya.

Untuk yang isoman, akan dilakukan dalam waktu selama lima sampai tujuh hari dan secara berkala dilakukan tes PCR. Namun, jika dalam waktu lima atau tujuh hari kondisi pasien belum negatif Covid-19, maka dilakukan isoman kembali.

Sementara itu, pihaknya masih berusaha mendeteksi riwayat penularan Covid-19 itu.

"Tidak diketahui semua yang terpapar itu ketika PTM atau gimana, sulit untuk mendeteksinya untuk sumber primernya, bisa saja ke tempat-tempat umum," katanya.

Sementara itu, untuk kegiatan perkuliahan dikembalikan pada kebijakan pihak fakultas masing-masing.

"Daring atau luring itu keputusan dari setiap fakultas karena sifatnya sudah teknis di ranah akademis," katanya.

Kepala Sub Kerumahtanggaan UM, Faul Hidayatunnafiq mengatakan, pihaknya telah melakukan penyemprotan disenfektan di beberapa tempat. Seperti di Gedung Kuliah Bersama (GKB), Balai Bahasa, Fakultas Sastra dan Fakultas Ilmu Keolahragaan.

"Itu disemprot karena ada indikasi yang terpapar Covid-19, infonya kalau fakultas itu tadi sama GKB dilakukan perkuliahan daring," katanya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/31/154446878/7-warga-kampus-um-reaktif-covid-19-sejumlah-fakultas-hentikan-ptm

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com