Salin Artikel

Pagar Tembok di Malang Dinilai Putus Interaksi Sosial, Warga Naiki Tangga jika Ingin Berkunjung

Pasalnya, dengan adanya pagar tembok setinggi tiga meter dan sepanjang 20 meter itu membuat warga pemilik enam rumah tersebut tidak mempunyai akses jalan untuk keluar masuk.

Pembangunan tembok itu adalah inisiatif pengembang perumahan dengan alasan keamanan.

Pembangunan tersebut dilakukan sekitar 15 hari lalu, dan baru selesai pada Jumat (21/1/2022).

Alhasil, pemagaran tembok itu menuai kontroversi di masyarakat akibat hilangnya akses jalan bagi enam rumah di sana.

Namun, lebih dari sekadar hilangnya akses jalan, pemagaran tembok tersebut juga menimbulkan persolan sosial bagi masyarakat setempat.

Sebab, selama ini warga yang terdampak pemagaran tembok dengan warga perumahan Green Village itu saling ketergantungan sosial.

Hal ini diakui oleh salah satu warga perumahan Green Village, Rini Isnaini. Menurutnya, warga di perumahan itu saling bergantung dengan warga di kampung sebelahnya.

Salah satunya apabila ada salah satu warga meninggal dunia.

"Saya berharap pihak pengembang perumahan memberikan akses kepada warga di kampung sebelah. Setidaknya seukuran orang untuk berjalan kaki," ungkap Rini saat ditemui, Senin (24/1/2022).


"Sebab kita juga butuh dengan tetangga untuk saling berinteraksi dan saling guyup. Terutama dalam hal ekonomi atau ketika ada orang meninggal dunia. Saya dengan warga di kampung ini sudah seperti saudara," sambungnya.

Dengan adanya pemagaran tembok itu, warga perumahan Green Village yang ingin berkunjung ke salah satu rumah di kampung sebelahnya terpaksa harus melewati pagar tembok menggunakan tangga.

"Kalau tidak, jika ingin menuju ke jalan utama ya harus memutar arah lebih jauh lagi. Padahal, sebelumnya bisa ditempuh melalui akses jalan di perkampungan sebelah ini. Begitupun anak kecil-kecil kalau pulang ngaji, juga harus mutar jauh," jelasnya.

Warga lainnya, Basuki juga berharap pengembang perumahan memberikan akses alternatif bagi warga.

Tembok tinggi itu, kata dia, akan membuat sekat hubungan sosial warga yang sudah terjalin selama bertahun-tahun.

"Saya tinggal di sini sejak tahun 1997, dan hubungan kami selalu harmonis layaknya saudara. Harapannya ada jalan, setidaknya untuk keranda mayat. Karena biasanya kita kerja bakti dan saling bantu kalau ada kematian," jelasnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/24/200827978/pagar-tembok-di-malang-dinilai-putus-interaksi-sosial-warga-naiki-tangga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke