Salin Artikel

Kisah Seorang Ibu di Gresik Menghidupi 3 Anaknya dengan Memungut Sampah

GRESIK, KOMPAS.com - Perjuangan Devi Rosyida Ariyani (30), dalam menghidupi ketiga orang anaknya patut diacungi jempol. Warga Desa Randuagung, Kecamatan Kebomas, Gresik, Jawa Timur, itu tidak malu menjadi tukang angkut sampah yang biasa dilakukan kaum pria.

Bermodal motor gerobak tua, Devi setiap hari berkeliling memungut sampah dari rumah-rumah warga untuk selanjutnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Ini sudah berlangsung beberapa tahun, bahkan sebelum Devi memutuskan bercerai dengan suaminya setahun lalu.

"Saya sudah mulai bekerja seperti ini sejak 2013, saat itu masih sama suami. Kemudian saya mulai sendiri itu sejak 2017, dibantu sama salah seorang kerabat, sampai hari ini," ujar Devi menceritakan kisahnya kepada awak media, Jumat (21/1/2022).

Devi rela menjalani pekerjaan sebagai tukang pungut sampah untuk memenuhi kebutuhan ketiga buah hatinya yang masih berstatus pelajar. Satu anaknya sedang menempuh pendidikan di tingkat SMP dan dua lainnya di jenjang SD.

Devi mengatakan, sebelum dirinya, mertuanya juga melakoni pekerjaan serupa.

"Awalnya itu ya bapak mertua yang menawari pekerjaan ini, sebab bapak mertua kan sudah lebih dulu kerja memunguti sampah. Meski saya sudah cerai sama suami satu tahun lalu, tapi saya tetap berhubungan baik sama bapak mertua yang kasih kerjaan ini," kata Devi.

Pekerjaan memungut sampah dari bak yang ada di rumah-rumah warga ini dilakoni Devi selepas mengantarkan anaknya ke sekolah. Biasanya, dia melakukan itu setiap pukul 10.00 WIB pada Hari Senin, Selasa, Kamis dan Jumat.

"Dalam satu minggu itu, saya total memungut sampah dari rumah warga di empat RT (Rukun Tetangga). RT 4, 6, 11 dan 12, yang ikut RW III. Saya lakukan secara bergiliran (setiap RT)," ucap Devi.

Ada sekitar 160 lebih keluarga yang termasuk dalam empat RT tersebut. Sampah yang diambil dari rumah-rumah warga tersebut dibuang ke TPA Ngipik. Meski tidak terlalu jauh, Devi kerap dibuat gusar lantaran menggunakan kendaraan roda tiga yang sudah berusia tua dan kerap mogok.

"Kalau sebulan dapat lah Rp 2,3 juta, itu sudah bersih. Tapi kalau misalnya sedang rusak, ya terpaksa mengurangi bayaran untuk memperbaikinya di bengkel," tutur Devi.


Dapat bantuan kendaraan roda tiga

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gresik, Mokhammad Najikh mengatakan, pihaknya sudah memberikan bantuan berupa kendaraan roda tiga untuk Devi. Bantuan itu diberikan karena menilai Devi sangat membutuhkan kendaraan baru untuk mengangkut sampah.

"Atas nama pemerintah, kami dari DLH Gresik hanya dapat memfasilitasi. Sebelumnya kami juga lebih dulu berkoordinasi dengan kepala desa dan RW setempat, termasuk sempat izin kepada bupati dan pak Sekda, mereka semua mengizinkan untuk bantuan ini," kata Najikh.

Najikh menjelaskan, kendaraan roda tiga yang diberikan kepada Devi tersebut merupakan kendaraan untuk menunjang penanganan sampah warga di desa dan RW setempat. Dengan begitu, kendaraan itu bukan murni milik Devi, melainkan Devi hanya sebagai pengguna lantaran kendaraan itu menjadi aset desa atau RW setempat.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/21/192955778/kisah-seorang-ibu-di-gresik-menghidupi-3-anaknya-dengan-memungut-sampah

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com