Salin Artikel

5 Pondok Pesantren Tertua di Indonesia: Sejarah, Pendiri, dan Lokasi

Berbeda dengan lembaga pendidikan lain, pondok pesantren mengharuskan muridnya untuk tinggal bersama di lokasi pondokan.

Pondok pesantren dipimpin oleh seorang Kiai. Murid pondok pesantren disebut dengan santri. Agama Islam menjadi pokok ajaran di pesantren.

Sistem pendidikan pondok pesantren ini mulai dikenal setelah abad ke-16 Masehi. Sejak itu pondok pesantren terus tumbuh di berbagai tempat.

Berdasarkan data hingga tahun 2015, terdapat 27.218 pondok pesantren di seluruh Indonesia. Sementara total santri mencapai 3,6 juta jiwa.

Pondok pesantren terbagi jadi tiga, yaitu pesantren Salafiah (tradisional), Khalafiah (modern), dan ketiga yang memadukan keduanya.

5 Pondok Pesantren Tertua di Indonesia

Berikut ini lima pondok pesantren tertua di Indonesia. Informasi akan mencakup sejarah singkat, pendiri, dan lokasinya saat ini.

1. Pondok Pesantren Sidogiri

Pondok pesantren tertua di Indonesia adalah Pondok Pesantren Sidogiri, yang didirikan pada tahun 1745 Masehi.

Ponpes Sidogiri didirikan oleh seorang Sayyid dari Cirebon, Jawa Barat bernama Sayyid Sulaiman.

Sayyid merupakan julukan untuk seseorang yang masih keturunan Nabi Muhammad, layaknya Habib.

Ayah Sayyid Sulaiman bernama Sayyid Abdurrahman yang asalnya dari Tarim Hadramaut Yaman.

Sementara Ibunda Sayyid Sulaiman adalah Syarifah Khodijah, putri Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati.

Hingga saat ini, Ponpes Sidogiri masih aktif dan menjadi salah satu pusat kajian keislaman di Indonesia.

Adapun lokasi Ponpes Sidogiri berada di Desa Sidogiri, Kecamatan Kraton, Pasuruan, Jawa Timur.

2. Pondok Pesantren Jamsaren

Ponpes Jamsari ini didirikan atas prakarsa dari Raja Kasunanan Surakarta Pakubuwono IV. 



Saat itu, Pakubuwono IV mendatangkan sejumlah alim ulama ke Surakarta, salah satunya adalah Kiai Jamsari dari Banyumas.

Nama Kiai Jamsari ini yang kemudian diabadikan sebagai nama pesantren, yaitu Ponpes Jamsaren.

Dalam perjalanannya, Ponpes Jamsaren sempat vakum selama sekitar 50 tahun, yaitu tahun 1830-1878.

Vakumnya kegiatan pesantren akibat dari tipu muslihat Belanda yang awalnya kalah dari Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa.

Para kiai dan santri Ponpes Jamsaren saat itu bahu membahu membantu perjuangan Pangeran Diponegoro.

Selama 50 tahun vakum, kemudian pada tahun 1878, seorang keturunan pembantu Pangeran Diponegoro bernama Kiai Haji Idris akhirya membuka kembali kegiatan di Ponpes Jamsaren.

Ponpes Jamsaren berlokasi di Jalan Veteran Nomor 263, Serengan, Kota Surakarta, Jawa Tengah.

3. Pondok Pesantren Buntet

Ponpes Buntet Cirebon ini didirikan hampir bersamaan dengan Ponpes Jamsaren, yaitu tahun 1750.

Ponpes Buntet didirikan oleh seorang mufti Keraton Cirebon bernama Kiai Haji Muqoyyim bin Abdul Hadi.

Awalnya Ponpes Buntet didirikan di Desa Bulak, yang berada sekitar 1/2 kilometer dari lokasi pesantren yang sekarang.

Semasa hidupnya, KH Muqoyyim atau yang disebut Mbah Muqoyyim oleh masyarakat Buntet dikenal tidak mau kooperatif dengan Belanda.

Mbah Muqoyyim bahkan disebut kecewa ketika Belanda mulai campur tangan urusan internal keraton.

Kekecewaan itu membuat Mbah Muqoyyim keluar dari Istana, dan mendirikan masjid serta pemondokan untuk mengajarkan Islam.

Ponpes Buntet beralamat di Buntet Pesantren Desa, Mertapada Kulon, Kecamatan Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat.

4. Ponpes Gading Malang

Ponpes ini memiliki nama resmi Ponpes Miftahul Huda Gading Malang.

Awalnya Pondok Gading didirikan oleh KH Hasan Munadi. Kemudian pengasuhan pondok dilanjutkan oleh KH Ismail pada tahun 1858.

Ponpes Gading Malang terkenal dengan ilmu hisabnya, yang selalu menjadi rujukan masyarakat untuk menentukan Idul Fitri dan Idul Adha.

Selain itu, Ponpes Gading Malang juga dikenal sebagai pondok tasawuf, karena adanya thariqah qadiriyah dan naqsabandiyah.

Ponpes Gading Malang beralamat di Jalan Gading Pesantren, Nomor 53, Malang, Jawa Timur.

5. Ponpes Darul Ulum Banyuanyar

Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar berdiri pada tahun 1787 atau 1204 Hijriah.

Pendiri Ponpes Darul Ulum Banyuanyar ini adalah Kiai Itsbat bin Ishaq, seorang ulama kharismatik dari Pulau Madura.

Awalnya Ponpes Darul Ulum Banyuanyar ini merupakan sebuah langgar atau mushola kecil.

Mushola itu berdiri di atas sebidang tanah tegalan sempir dan gersang. Daerah ini kemudian dikenal dengan sebutan Banyuanyar.

Nama Banyuanyar berasal dari bahasa Jawa yang artinya air baru. Hal ini lantara Kiai Itsbat menemukan mata air baru yang besar di lokasi pesantrennya.

Ponpes Darul Ulum Banyuanyar saat ini berkedudukan di Potoan, Potoan Dajah, Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.

Sumber:
Sidogiri.net
Alislamjamsaren
Buntetpesantren.id
Gadingpesantren.id
Banyuanyar.net

https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/17/132000278/5-pondok-pesantren-tertua-di-indonesia--sejarah-pendiri-dan-lokasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke