Salin Artikel

"Sekitar 5 Orang Ada yang Berpakaian Polisi, Menembakkan Senjata ke Atas dan Menggedor Pintu Mobil Ayah Saya"

Andrianto menjadi korban salah tangkap polisi dan diduga mengalami kekerasan.

Bermula mengiringi ambulans yang membawa sang anak

Satriya Galih Wismawan, menantu dari Andrianto mengatakan, peristiwa yang menimpa mertuanya itu terjadi saat dirinya bersama keluarga besarnya sedang berduka, Selasa (28/12/2021).

Kejadiannya berawal saat dirinya membawa jenazah sang istri, Maria Ulfa Dwi Andreani yang merupakan putri dari Andrianto.

Pengiringan jenazah menggunakan mobil ambulans dan dua mobil pengiring dari Surabaya menuju ke Bojonegoro.

Saat itu Andrianto, ayah mertuanya, mengendarai mobil Ertiga, mengiringi ambulans dari belakang.

Dihentikan polisi

Sesampainya di pertigaan Depot Mira, Kelurahan Babat, Kabupaten Lamongan, sekira pukul 21.00 WIB, iring-iringan ambulans terhenti karena terhalang mobil depannya yang berhenti di lampu merah.

Tiba-tiba dari dalam ambulans, dirinya mendengar suara tembakan senjata ke atas dua kali, dan melihat mobil yang dikendarai mertuanya tersebut dikelilingi petugas kepolisian.

"Ada sekitar lima orang, ada yang berpakaian polisi dan ada yang pakaian preman menembakkan senjata ke atas dan menggedor pintu mobil ayah saya," kata Galih, kepada Kompas.com, Senin (10/1/2022).


Disebut korban tabrak lari

Galih pun turun dari mobil ambulans yang membawa jenazah istrinya untuk mempertanyakan maksud tindakan petugas yang mengadang mobil pengiring jenazah yang dikendarai mertuanya tersebut.

"Waktu itu, petugas bilang kalau ayah jadi pelaku tabrak lari," tuturnya.

Saat itu, Galih juga berusaha menjelaskan kepada petugas kalau pengendara mobil yang diadangnya tersebut adalah orang tuanya yang masih satu rombongan dengan mobil ambulans.

Namun, pihak kepolisian tidak menghiraukan penjelasannya dan tetap bersikeras memaksa mertuanya untuk turun dari mobil mengikuti kemauan petugas kepolisian.

Bahkan, ayah mertuanya yang tidak tahu kesalahannya sempat mendapatkan perlakuan kasar dari salah seorang petugas kepolisian yang menghadangnya.

"Ayah sempat dipukul kepalanya sama petugas mas, saat membuka kaca pintu mobil dan dipaksa keluar mobil sambil ditarik-tarik badannya," jelasnya.

Selanjutnya, petugas kepolisian pun menangkap mertuanya dan dimasukkan ke dalam mobil patroli milik Polres Lamongan, lalu membawanya ke kantor polisi terdekat di Mapolsek Babat.

Galih pun membawa ambulans pembawa jenazah istrinya itu mengikuti ayah mertuanya ke Mapolsek Babat untuk mendapatkan penjelasan dari pihak kepolisan yang menangkap mertuanya.


Pada saat berada di Mapolsek Babat pihaknya pun kembali mempertanyakan kepada petugas yang menangkap dan menahan mertuanya tersebut.

Galih pun menjelaskan kembali agar mertuanya yang sedang berduka dan tidak tahu kesalahan yang diperbuatnya itu segera dilepaskan.

Sebab, dirinya bersama keluarga ingin segera membawa pulang jenazah istrinya tersebut pulang ke rumah duka untuk dapat dikebumikan.

"Sempat mau ditahan, lalu saya jelaskan lagi dan ada polisi memeriksa ambulans dan melihat ada jenazah itu, baru dilepaskan, dan hanya SIM dan STNK mobil yang ditahan," ujarnya.

Lapor ke Mabes Polri melalui online

Dia pun melaporkan via online kejadian tindakan kesewenang-wenangan aparat kepolisian yang menimpa keluarganya tersebut ke Propam Mabes Polri untuk memperoleh keadilan.

"Setelah saya konsultasi ke beberapa orang teman, akhirnya saya laporkan ke Propam Polri melalui online, dan sempat ditelepon petugas juga saya ceritakan apa adanya yang terjadi," terangnya.

Galih menuturkan, usai melaporan ke Propam Mabes Polri tersebut, Jumat (31/12/2021), Kapolres Lamongan, AKBP Miko Indrayana mendatangi rumah orang tuanya untuk meminta maaf atas kejadian salah tangkap yang menimpa korban.

"Sebetulnya sudah selesai, Pak Kapolres sudah meminta maaf dan pihak keluarga juga sudah memaafkan," ungkapnya.

Namun, masih ada permintaan pihak keluarga yang sudah disepakati tetapi belum dilakukan oleh pihak Polres Lamongan. Yakni untuk membersihkan nama baik keluarga.

Pihak keluarga meminta oknum petugas yang melakukan tindak kekerasan itu meminta maaf langsung dan Polres Lamongan meminta maaf secara resmi melalui media massa.

Sebab, peristiwa itu membuat nama baik keluarga menjadi buruk di tengah masyarakat, lantaran adanya video peristiwa tersebut beredar di medsos dengan narasi yang buruk.

"Katanya permintaan maaf melalui media massa akan dilakukan segera dalam pekan ini," ujarnya.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/11/050335978/sekitar-5-orang-ada-yang-berpakaian-polisi-menembakkan-senjata-ke-atas-dan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com