Salin Artikel

Mpu Tantular: Agama, Kitab, dan Semboyan Bhineka Tunggal Ika

KOMPAS.com - Mpu Tantular adalah pujangga ternama Sastra Jawa. Mpu Tantular merupakan pengarang Kitab Sutasoma

Mpu Tantular hidup di zaman Majapahit pada abad ke 14 pada pemintahan Raja Rajasanagara (Hayam Wuruk).

Nama Tantular terdiri dari dua kata, yaitu tan (tidak) dan tular (terpengaruh). Dengan demikian, menurut namanya berarti seorang mpu (cendekiawan, pemikir, pujangga) yang berpendirian teguh dan tidak mudah terpengaruh siapun.

Mpu Tantular adalah penganut agama Buddha. Namun, dia terbuka dengan agama lain terutama agama Hindu-Siwa.

Hal ini terlihat dari dua kitab karangannya yang ternama, yaitu Kitab Arjunawiwaha dan terutama Kitab Sutasoma.

Mpu Tantular dan Kitab Sutasoma

Keberadan Kitab Sutasoma menjadi penting karena kitab ini berisikan pengetahuan tentang bagaimana hubungan antara Budhisme-Mahayana dan Hindu-Siwaisme di zaman kerajaan Majapahit.

Walaupun, Kitab Sutasoma identik dengan sastra Buddha, sang pujangga tidak ragu menampilkan suatu cara dimana Budhisme-Mahayana dan Hindu-Siwaisme terus hidup berdampingan, mencari titik temu, dan menepaki kesejatian yang tunggal.

Di sisi lain, Mpu Tantular menyadari bahwa Budhisme-Mahayana dan Hindu-Siwaisme merupakan praktik ritus dan teologi yang berbeda satu dengan yang lain.

Namun saat berbicara tujuan tertingginya, Mpu tantular menyadari bahwa teologi Budhisme-Mahayana dan Hindu-Siwaisme itu niscaya tiba pada realitas yang satu dan sama.

Menurut pandangan Hendrik Kern (1833-1917), seorang orientalis dan ahli bahasa Sanskerta berkebangsaan Belanda kelahiran Purworejo, Hindia Belanda. Mpu Tantular adalah orang pertama yang menulis tentang terjadinya fenomena sinkretisme atau campuran antara Hindu-Shiwaisme dan Budhaisme-Mahayana.

Pada titik ini tak dipungkiri, bahwa Mpu Tantular adalah pujangga besar. Meskipun hidup di zaman Majapahit, namun pemikirannya sudah melompat jauh ke depan.

Di abad ke 14, Mpu Tantular sudah meletakkan fondasi titik temu teologis dalam khasanah keagamaan di Nusantara.

Menariknya, A Teeuw and Stuart Owen Robson (1983) dalam Kunjarakarna Dharmakathana: Liberation thoigh the Law of Buddha pernah memaparkan, hingga kini agama Hindu-Siwaisme dan Buddha-Mahayana dari era Kerajaan Majapahit masih menemukan kontinuitasnya di Bali. Senyawa kedua agama di Bali ini dikenal dengan sebutan Siwa-Buddha.

Kitab Sutasoma yang ditulis Mpu Tantular sekitar 1350 an, isi pesannya terus bergulir hingga saat ini dan membingkai negara Indonesia. Bhineka Tunggal Ika merupakan potongan bait dalam Kitab Sutasoma, yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Sumber: https://p2k.unkris.ac.id/en3/3065-2962/ dan https://www.indonesia.go.id/r

https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/08/204018878/mpu-tantular-agama-kitab-dan-semboyan-bhineka-tunggal-ika

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke