Salin Artikel

Bantah Omicron Sudah Menginfeksi Warganya, Dinkes Lamongan: Itu Hoaks

LAMONGAN, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, membantah kabar bahwa Covid-19 varian Omicron telah menginfeksi warga di Kabupaten Lamongan.

Bantahan ini dikeluarkan seiring dengan munculnya kabar bahwa ada warga asal Lamongan yang sedang terpapar varian Omicron.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Lamongan, dr Taufik Hidayat memastikan, pihaknya sampai saat ini belum menemukan adanya warga Lamongan yang terpapar varian Omicron. Sehingga, pihaknya meminta kepada masyarakat untuk tidak percaya pada kabar yang menyebutkan Omicron sudah ada di Lamongan.

"Jika ada kabar yang menyatakan Omicron telah masuk ke Lamongan, itu hoaks," kata Taufik kepada awak media di Lamongan, Kamis (6/1/2022).

Taufik menjelaskan, pihaknya sempat mendapatkan informasi dari jajaran Pemerintah Provinsi Jawa Timur bahwa ada seseorang dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Lamongan terindikasi terpapar Omicron usai tiba dari Republik Kongo, Afrika Tengah.

Pihaknya lantas menelusuri informasi itu dan diketahui bahwa orang yang dimaksud bukan warga Lamongan, melainkan Bojonegoro.

Menurutnya, orang tersebut saat ini sedang menjalani karantina di Wisma Atlet Jakarta setelah tiba dari Republik Kongo.

"Adapun yang bersangkutan, saat ini sedang menjalani karantina di Wisma Atlet Jakarta," ucap Taufik.

Siapkan tempat karantina

Meski begitu, Pemerintah Kabupaten Lamongan tetap bersiap diri dengan kemungkinan masuknya Omicron. Taufik menyebutkan, pihaknya sudah menyiapkan tempat karantina bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang pulang kampung.


Meskipun, PMI yang akan pulang ke Lamongan harus menjalani karantina terlebih dahulu di Jakarta maupun di Surabaya.

Selain itu, pihaknya mengupayakan percepatan vaksinasi kepada warga, menggelar siaran keliling mobil sehat serta tetap menggalakkan pemberitahuan tentang pentingnya protokol kesehatan.

Tidak hanya itu, Satgas Covid-19 di setiap kecamatan dan tingkat desa kembali diaktifkan untuk memantau PMI yang bekerja di luar negeri saat pulang ke kampung halamannya.

Pihaknya juga menggencarkan pelaksanaan testing, tracing dan treatment (3T).

"Sehingga dengan sinergitas yang dilakukan dari berbagai pihak, Insya Allah Lamongan akan tetap kondusif," kata Taufik.

Berdasarkan data yang dirilis akun resmi Instagram Dinkes Lamongan, per Rabu (5/1/2022) pukul 19.00 WIB, ada dua kasus aktif Covid-19 di Lamongan. Yakni, warga Desa Sumberagung, Kecamatan Sukodadi dan warga Desa Gempolpendowo di Kecamatan Glagah.

Keduanya dipastikan bukan terpapar varian Omicron.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/06/174010178/bantah-omicron-sudah-menginfeksi-warganya-dinkes-lamongan-itu-hoaks

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com