Salin Artikel

Balita Tantrum Saat Digendong, Sang Paman Dikira Penculik Anak, Akhirnya Ditindih Warga dengan Bangku

Identitas pria yang sempat diamankan oleh warga tersebut akhirnya diketahui. Dia adalah M Ali (30) warga Simokerto Tabasan, Surabaya.

Paman balita

Kanit Reskrim Polsek Kenjeran AKP Soeryadi menuturkan bahwa Ali yang diamankan bukan pelaku penculikan balita.

Balita Ny berusia 11 bulan yang dibawa Ali kemarin ternyata adalah keponakannya sendiri. Ali sudah biasa setiap harinya mengasuh ponakannya itu.

"Jadi setelah kita amankan kemarin, Ali ini bukan seperti yang diviralkan dalam video itu. Dia paman dari balita itu," kata Soeryadi saat dikonfirmasi, Kamis (6/1/2022).

Balita tantrum

Soeryadi menceritakan, warga mengamankan Ali lantaran balita yang digendongnya tantrum atau mengamuk serta menangis tanpa henti.

Gelagat Ali dinilai mencurigakan oleh warga, karena caranya menggendong Ny sangat tidak wajar.

Bahkan Ali sempat berhenti makan soto di daerah Sidotopo dengan Ny. Tetapi setelah makan Ny ditinggal begitu saja olehnya.

"Ibu yang gendong anak itu penjual soto, langsung gendong anak itu, dan Ali diteriaki penculikan anak. Warga datang mengamankan Ali dengan ditindih itu," papar dia.


Akan tetapi faktanya, setelah dibawa ke Mapolsek Kenejeran Ali masih memiliki hubungan darah dengan Ny.

"Hubungannya paman dari anak itu, karena ibunya si anak itu saudara istri Ali. Yang aktivitasnya sehari-hari kerja di pasar," terang dia.

Minum obat antimabuk

Menurut Soeryadi, saat diamankan, Ali memang dalam kondisi agak linglung.

Berdasarkan pengakuan Ali yang telah lama menganggur, ternyata dirinya sempat meminum obat antimabuk.

Sehingga ketika diamankan warga, Ali tidak bisa menjelaskan apa-apa.

"Kemarin dia habis minum obat antimabuk sampai 10 butir, jadi wes enggak sadar. Sempat ditanyakan warga asli mana? Ali Jawabnya Banyuwangi. Memang lahirnya di Banyuwangi, tapi dia enggak bisa jawab kalau aslinya paman dari Ny," kata dia.

Imbau warga tak main hakim sendiri

Rabu (5/1/2022) malam, Soeryadi langsung memanggil istri Ali, Farida (29) dan Yuliatin (32) ibu dari Ny, serta pihak RT tempat indekos Ali.

"Sudah saya panggil semuanya, terus sudah kami fasilitasi dan kami berikan penjelasan juga ke pihak RT nya. Alhamdulillah sudah clear," sebut dia.

Soeryadi menegaskan perkara tersebut tidak bisa dilanjutkan karena tidak memenuhi unsur pidana penculikan.

Dia mengimbau kepada seluruh warga Surabaya agar tidak main hakim sendiri saat menemukan kejadian yang belum jelas duduk persoalannya.

"Saya berharap sekali ke depan tidak lagi seperti ini, bisa diamankan saja dulu jangan sampai main hakim sendiri," pungkas dia.

https://surabaya.kompas.com/read/2022/01/06/172129178/balita-tantrum-saat-digendong-sang-paman-dikira-penculik-anak-akhirnya

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com