Salin Artikel

Hari Pahlawan: Sejarah Gedung Siola di Surabaya, Jadi Toko Serba Ada Inggris Tahun 1877

Jalan Tunjungan sendiri dibangun Belanda sejak awal abad ke-20.

Pada masa lalu, Tunjungan bernama Petoenjoengan yang menjadi koridor penghubung antara Kota Lama a Kota Lama (Kota Indisch-1870/1900) dan Kota Baru (Kota Gemeente-1905/1940).

Jalan tersebut tumbuh dan berkembang sebagai shopping-street dengan shopping arcade yang kemudian menjadi salah satu ikon Kota Surabaya dengan jalur pejalan kaki yang lebar membujur arah utara-selatan.

Kota lama (Kota Indisch 1870/1900) terletak di sekitar Jembatan Merah. Sedangkan Kota Baru yang dirancang pada 1905 berada di sisi selatan, yaitu di sekitar Darmo dan Gubeng.

Salah satu gedung bersejarah di Jalan Tunjungan adalah Gedung Siola.

Saat ini Gedung Siola menjadi Museum Surabaya yang diresmikan tahun 2015 yang menyimpan koleksi peninggalajn sejarah Kota Surabaya.

Dulu toko serba ada tahun 1877

Dikutip dari Tribun Jatim, pada tahun 1877, Gedung Siola dibangun pertama kali oleh investor kebangsaan Inggris bernama Robert Laidlaw.

Ia juga merupakan pemilik Whiteaway Laidlaw & Co, perusahaan ritel besar dunia saat itu.

Ketika itu, gedung tersebut dibangun sebagai pusat jual beli grosir dengan nama "Het Engelsche Warenhuis" atau Toko Serba Ada Inggris.

Masa jaya keluarga Whiteaway Laidlaw di bidang perdagangan berakhir pada 1935, saat pendirinya meninggal dunia.

Bisnis ritel pun mengalami kebangkrutan.

Toko Chiyoda adalah toko tas dan koper terbesar di Surabaya kala itu.

Menjadi populer, banyak orang yang akhirnya membuka toko tas dan koper di sekitar toko Chiyoda.

Hingga sekarang, di Jalan Gemblongan dan Jalan Praban yang berada di dekat Jalan Tunjungan, masih banyak toko-toko yang menjual tas dan koper.

Markas rakyat Surabaya saat perang.

Setelah Jepang menyerah kalah pada sekutu, masa jaya Chiyoda pun berakhir. Toko Chiyoda pun ditutup, dan gedung pun menjadi kosong.

Saat perang pada November 1945, Gedung Chiyoda digunakan sebagai markas dan basis pertahanan rakyat Surabaya dari gempuran pasukan sekutu.

Gedung itu pun akhirnya dijadikan sasaran tembakan tank-tank pasukan sekutu hingga membuatnya rusak dan terbakar.

Setelah perang berakhir, gedung tersebut dibiarkan menjadi gedung rusak dan tak terurus.

Hingga pada tahun 1950, Presiden Soekarno mengambil ali gedung tersebut menjadi aset Pemkot Surabaya.

Pusat toko grosir pertama di Surabaya

Pada tahun 1960, lima orang pengusaha, Soemitro, Ing Wibisono, Ong, Liem dan Aang mengontrak gedung tersebut dari Pemkot Surabaya.

Mereka memperbaiki dan merenovasi gedung tersebut lalu membuka sebuah pusat grosir yang diberi nama dari singkatan nama mereka berlima SIOLA, dan dikenal hingga sekarang.

Siola menjadi kebanggaan warga Surabaya pada masa itu karena merupakan semacam 'mall' pertama di Surabaya .

Masa kejayaan Siola berlangsung sekitar 28 tahun lamanya dan akhirnya ditutup pada tahun 1998, karena tak mampu bersaing dengan pusat perbelanjaan baru yang lebih moder.

Kaala itu pusat perbelanjaan baru muncul seperti Pasar Atum, Pasar Turi, Plaza Surabaya dan Tunjungan Plaza.

Di masa itu, Gedung Siola sempat dijadikan pusat perdagangan elektronik bernama Tunjungan Center, namun akhirnya tutup juga.

Namun akhirnya department store tersebut tutup pada tahun 2008 karena sepi pengunjung.

Siola sempat akan berubah nama menjadi Tunjungan City  karena akan dibuka department store lain. Karena  gagal, akhirnya gedung tersebut dikembalikan pada Pemkot Surabaya.

Hingga akhirnya tahun 2015, Wali Kota Surabaya yang saat itu dipimpin Tri Rismaharini menjadikan gedung itu menjadi Museum Surabaya.

Meskipun tak lagi ada tulisan Siola di depan gedung tersebut, masyrakat Surabaya masih lebih sering menyebut gedung tersebut dengan nama Gedung Siola.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Siapa Sangka, Gedung Bersejarah di Surabaya Ini Dulunya Sebuah Toserba Buatan Inggris!

https://surabaya.kompas.com/read/2021/11/10/094500078/hari-pahlawan-sejarah-gedung-siola-di-surabaya-jadi-toko-serba-ada-inggris

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke