Salin Artikel

Hari Pahlawan: Sejarah Panjang Jalan Tunjungan Surabaya

Di tahun 2022, Jalan Tunjungan menjadi salah satu lokasi Parade Juang 2022 yang digelar pada 6 November 2022 untuk memperingati Hari Pahlawan 10 November.

Parade Surabaya Juang 2022 mengambil rute mulai dari Jalan Pahlawan, Jalan Kramat Gantung, Jalan Gemblongan, Jalan Tunjungan, Jalan Gubernur Suryo, Jalan Yos Sudarso, Jalan Jaksa Agung Suprapto, dan berakhir di Balai Kota Surabaya.

Dikutip dari unair.ac.id, pada masa lalu kawasan tersebut bernama Petoenjoengan dan saat ini dikenal dengan nama Tunjungan.

Petoenjoengan dulunya adalah koridor penghubung antara Kota Lama (Kota Indisch-1870/1900) dan Kota Baru (Kota Gemeente-1905/1940).

Jalan tersebut tumbuh dan berkembang sebagai shopping-street dengan shopping arcade yang kemudian menjadi salah satu ikon Kota Surabaya dengan jalur pejalan kaki yang lebar membujur arah utara-selatan.

Kota lama (Kota Indisch 1870/1900) terletak di sekitar Jembatan Merah. Sedangkan Kota Baru yang dirancang pada 1905 berada di sisi selatan, yaitu di sekitar Darmo dan Gubeng.

Kawasan Tunjungan menjadi ikon kota yang semakin dikenal hingga menjadi inspirasi terciptanya lagu "Rek Ayo Rek Mlaku Mlaku nang Tunjungan".

Kesan Hindia-Belanda terasa sangat kental di sepanjang Jalan Tunjungan. Bangunan di Jalan Tunjungan ini menjadi saksi kisah heroik dari arek-arek Suroboyo.

Seperti Gedung Siola yang menjadi tempat mengatur strategi saat Inggris menyerang Surabaya.

Gedung Siola dibangun tahun 1920-an oleh Robert Laidlaw, konglomerat Inggris dan menjadi pusat grosir terlengkap dengan merek dagang White Away Laidlaw and Co.

Gedung itu menjadi pertokoan terbesar di Hindia Belanda pada tahun 1900-an.

Gedung tersebut kemudian diambil alih oleh Jepang dan diganti nama menjadi Toko Chiyoda pada tahun 1940.

Lalu pusat perbelanjaan tersebut dikenal dengan nama Tunjungan City dan dikenal dengan nama Gedung Siola yang merupakan akronim dari para pendirinya yakni Soemitro, Ing Wibisono, Ong, Liem, dan Aang.

Ada juga Hotel Majapahit, yang dulu dikenal dengan nama Hotel Orange di Zaman Belanda dan Hotel Yamato di zaman Jepang.

Hotel di Jalan Tunjungan menjadi saksi kisah bersejarah yang dikenal sebagai Peristiwa Perobekan Bendera yang terjadi pada 19 September 1945.

Jalan Tunjungan juga menjadi salah satu pusat segitiga emas perdagangan di Surabaya, yaitu Jalan Tunjungan, Jalan Blauran, dan Jalan Embong Malang.

Sementara itu, dikutip dari Surabayastory.com, di Jalan Tunjungan juga terdapat Monumen Pers Perjuangan Surabaya. Di seberang bangunan tersebut dahulu adalah bangunan toko bernama Toko Nam yang berdiri tahun 1930-an.

Bangunan tersebut juga pernah digunakan sebagai toko agen penjual mobil dan toko pakaian yang cukup terkenal hingga awal 1980-an.

Toko Nam sempat bernama Toko Kwang. Sayangnya, bangunan legendaris itu sudah dirobohkan tahun 1990-an.

Di sepanjang Jalan Tunjungan, salah satu restoran yang terkenal adalah restoran Hellendorn yang dirancang Van Oyen. Namun sayang, restoran yang menjadi favorit pada zamannya itu kini terbengkalai.

https://surabaya.kompas.com/read/2021/10/12/131300078/hari-pahlawan-sejarah-panjang-jalan-tunjungan-surabaya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke