Salin Artikel

Jadi Lokasi JFC 2022, Ini Profil dan Sejarah Kabupaten Jember

Dengan tajuk 'World Class Street Fashion Carnival', JFC dihelat pada Sabtu (6/8/2022) dan Minggu (7/8/2022).

Ada beberapa tema unik yang diusung yakni Madurese, Betawi, Mahabharata, Majapahit, Garuda, Sriwijaya, Kujang, Aztec, Sasando dan Poseidon.

Total ada lima jenis karnaval yang digelar selama dua hari yakni:

Profil Kabupaten Jember

Jember adalah sebuah wilayah kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Timur.

Kabupaten Jember berada di lereng Pegunungan Yang dan Gunung Argopuro yang membentang ke arah selatan sampai dengan Samudera Indonesia.

Secara administratif, wilayah Kabupaten Jember berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Probolinggo di sebelah utara.

Kabupaten Lumajang di sebelah barat, Kabupaten Banyuwangi di sebelah timur, dan di sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Indonesia.

Kabupaten Jember terdiri dari 31 kecamatan, 22 kelurahan, dan 226 desa.

Penentuan Jadi Kota Jember berdasarkan pada sejarah pemerintahan kolonial Belanda, yaitu berdasarkan pada Staatsblad nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928.

Dikutip dari Jemberkab.go.id, dalam Staatsblad 322 tersebut, dijelaskan bahwa Pemerintah Hindia Belanda telah mengeluarkan ketentuan tentang penataan kembali pemerintahan desentralisasi di Wilayah Propinsi Jawa Timur.

Antara lain dengan  Regenschap Djember ebagai masyarakat kesatuan hukum yang berdiri sendiri.

Secara resmi ketentuan tersebut diterbitkan oleh Sekretaris Umum Pemerintahan Hindia Belanda (De Aglemeene Secretaris) G.R. Erdbrink, pada tanggal 21 Agustus 1928.

Semua ketentuan yang dijabarkan dalam staatsblad tersebut dinyatakan berlaku mulai tanggal 1 Januari 1929.

Hal inilah yang memberikan keyakinan kuat bahwa secara hukum Kabupaten Jember dilahirkan pada tanggal 1 Januari 1929 dengan sebutan “REGENSCHAP DJEMBER”.

Pada 1 Januari 1929, Pemerintah Regenschap Jember terbagi menjadi 7 wilayah distrik.

Namun setelah diberlakukannya Staatsblad Nomor 46 tahun 1941 tanggal 1 Maret 1941 maka Wilayah Distrik dipecah-pecah menjadi 25 Onderdistrik, yaitu:

Hanya saja orang-orang sebelum abad ke-16 yang melewati wilayah Jember yang menyebutnya sebagai daerah yang jembrek atau becek.

Kitab Negarakretagama pupuh XXIII mencatat perjalanan Hayam Wuruk  ke Puger dan dilanjutkan ke Bondowoso terus ke Situbondo.

Puger saat ini adalah salah satu nama kecamatan di Kabupaten Jember. Disebutkan kereta yang dinaiki Hayamwuruk sulit berjalan saat melintasi Puger karena jalanan yang sangat sukar, berlumut, dan licin. Lalu disebut jembrek atau becek.

Namun ada penemuan jenis manusia purba homo sapien di daerah watangan Puger pada 1939 oleh para naturalis kolonial yang menandakan jika Jember adalah wilayah yang sangat subur.

Penamaan daerah ‘Jember’ begitu populer setelah orang-orang dari daerah lain bermigrasi ke daerah Jember, di antaranya etnik Mandar dari Sulawesi, Tionghoa, Arab, mayoritas etnik Madura, dan mayoritas etnik Jawa.

Tidak ada yang mengakui bahwa mereka orang asli Jember, melainkan keturunan dari suku asal yang berada di Jember.

Ketika ditugaskan di Jember tepatnya tahun 1825 dan orang-orang Madura melihat wilayah Jember yang berlumpur sama seperti catatan Negarakretagama pupuh XXIII.

Namun tidak berarti seluruhnya berlumpur. Karena di daerah yang dulunya bernama Besini merupakan tempat yang hijau dan subur. Wilayah tersebut sekarang disebut wilayah Puger.

Itulah mengapa kemudian Jember tidak disebut sebagai ‘wilayah taklukan’, ‘bekas kerajaan’, atau pun ‘nama pemberian jajahan’ karena nama Jember merupakan ungkapan dari orang-orang yang bermigrasi ke daerah Jember, terutama Madura dan Jawa.

Sementara itu di masa kerajaan, Jember menjadi bagian dari kekuasaan Blambangan yang awalnya dikuasai oleh Mengwi, seorang penguasa berdarah Hindu Bali.

Mengwi menggunakan Blambangan sebagai perbatasan untuk menghadang pasukan Islam pimpinan Demak.

Setelah Demak mengalami kehancuran, Mengwi harus berhadapan dengan Pakubuwana II dari kerajaan Mataram Islam.

Sedangkan di sisi lain, para pedagang Inggris yang tiba di Blambangan, melihat daerah di ujung timur Jawa sangat berpotensi membantu usaha England India Company (EIC) memonopoli perdagangan dunia.

Belanda menggunakan dualisme kepemimpinan dengan mendukung Pakubuwana II untuk meluaskan pengaruh Islam di Blambangan dan menaklukkan Mengwi beserta peranakan Hindu.

Pada tahun 1768, Belanda akhirnya menaklukkan Malang, Lumajang, dan Blambangan. Mereka pun ikut campur dalam setiap pemerintahan lokal dan menjadikan tiga daerah tersebut sebagai wilayah kekuasaan Java’s Oosthoek.

Tak terkecuali Puger, yang dikelompokkan ke dalam West Blambangan (Blambangan Barat) oleh Belanda.

Di tahun berikutnya, Belanda lebih memusatkan perhatiannya pada Nusa Barong yang merupakan wilayah berpotensi besar namun sering ditempati oleh para pemberontak Bugis, perompak, narapidana, dan harus dibersihkan

Kala itu Nusa Barong menjadi bagian regentschapt Puger yang dipimpin oleh Kapten Buton, seorang keturunan suku Mandar.

Selama abad ke-16, banyak bukti arkeoligis yang menunjukkan bahwa daerah barat dan selatan Jember padat penduduk.

Namun terjadi perang perang besar di Jawa oosthoek (Jawa Timur) yang menyebabkan kehancuran besar, kelaparan dan wabah di beberapa tempat di Jember dan Bondowoso.

Berdasarkan laporan VOC, dari tahun 1625 ada dua per tiga populasi meninggal di beberapa daerah konflik di Jawa oosthoek.

Jawa oosthoek juga menjadi tempat beberapa konflik antara penguasa Mataram dan Bali hingga akhir abad ke-17.

Akibat konflik yang tak berkesudahan, di awal abad ke-18, hanya sedikit dan hampir tidak ada orang-orang asli yang mendiami dearah sekitar Pasuruan, Panarukan, dan Blambangan.

Hingga akhirnya datangnya orang-orang Madura ke wilayah Jember dan bekerja di wilayah perkebunan.

Mereka datang ke wilayah yang mereka sebut jhembar dengan harapan mendapatkan hidup yang lebih baik. Hingga muncul budaya pendalugan sebagai bentuk hibdridisasi budaya Jawa dan Madura di Jember.

Hingga akhirnya pada tahun 1800, Jember berdiri mandiri di dibawah kepimpinan lokal berstatus sebagai Regentschap atau kabupaten berdasarkan surat J. Haseelaar tertanggal 22 Februari 1806.

https://surabaya.kompas.com/read/2021/09/10/065600978/jadi-lokasi-jfc-2022-ini-profil-dan-sejarah-kabupaten-jember

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke