Salin Artikel

Mengenang Rau, Bocah 2 Tahun yang Alami Sindrom Putri Tidur, 16 Bulan Tertidur, Meninggal Setelah Dioperasi

Ia sudah tidur selama delapan hari. Pada tahun 2017, cerita Echa juga sempat menjadi perhatian publik karena ia tertidur hingga 13 hari.

Selain Echa, sindrom putri tidur juga pernah dialami Rau Suriya Dhanefs (2) warga Pamekasan, Jawa Timur. Selama 16 bulan, Rau tertidur karena sindrom putri tidur.

Namun Rau mneninggal dunia di sebuah rumah sakit swasta di Surabaya pada Minggu (4/10/2020).

Saat masih hidup, kelainan yang dialami Rau sempat viral di platform TikTok. Termasuk saat Rau dikabarkan meninggal dunia.

"Banyak sekali yang ikut bersedih atas kepergian cucu saya di akun TikTok saya," ucap Ratnawati saat ditemui di kediamannya, Senin (12/10/2020).

Ratnawati bercerita jika cucunya lahir dalam kondisi normal. Namun sejak usia 8 bulan, sekujur tubuh Rau mendadak dingin.

Kepala dan wajah Rau memerah dan pembuluh darah di wajahnya terlihat membiru. Rau pun dibawa ke dokter spesialis anak di Pamekasan.

"Kata dokter dusuruh opname di rumah sakit. Jika dalam 10 hari tidak ada perkembangan, disuruh rujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap peralatannya," kata perempuan asal Dusun Timur Jalan, Desa Tentenan Timur, Kecamatan Larangan ini.

Saat menjalani perawatan di rumah sakit, gejala sleeping beauty syndrome mulai tampak.

Mata Rau terus terpejam. Ia kemudian dirujuk ke rumah sakit swasta karena selama 10 hari tak ada perkembangan.

Di Surabaya, Rau menjalani perawatan selama dua bulan lebih.

"Ada penyakit baru di tubuh Rau. Kata dokter Hydrosipalus dan meningitis TB," ujar Ratnawati.

Selama dirawat dua bulan, mata Rau tetap terpejam.

Dokter menyarankan agar Rau dibawa pulang karena proses terapi bisa dilakukan di rumah sakit daerah di Pamekasan.

Sebagai gantinya, Ratnawati mencoba pengobatan alternatif. Ia menyebut kondisi tubuh Rau berangsur-angsur membaik.

Ia sudah bisa minum susu dari botol. Bahkan, Rau sudah bisa mengonsumsi bubur. Namun, Rau rentan sakit, terutama ketika dibawa ke luar rumah.

"Sensitif sekali kesehatannya makanya jarang saya bawa keluar rumah," ungkap Ratnawati.

Ia bercerita saat video cucunya viral di media sosial, banyak yang memberikan dukungan moral kepada mereka.

Sementara itu Sofiatul Jannah, ibu Rau mengatakan, berbagai pengobatan sudah diberikan kepada anaknya.

Sofia tidak menghitung berapa biaya yang dikeluarkan demi anaknya. Sofia juga tidak ingin dicap berutang perawatan jika anaknya meninggal.

"Sekarang Rau sudah meninggal. Meskipun sangat sedih, saya sudah banyak berkorban agar Rau bisa bertahan hidup. Mungkin Allah lebih sayang Rau," ujar Sofia.

Sindrom ini juga dikenal sebagai sindrom Sleeping Beauty atau Sleeping Beauty Syndrome yang merujuk pada kisah dongeng.

"Biasanya bentuknya episodik. Beberapa minggu atau bulan banyak tidur, setelah itu normal lagi. Sering dikira anak malas," ujar Rima saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (18/7/2020) siang.

Ia menjelaskan seseorang yang mengidap sindrom ini memang akan banyak menghabiskan waktu untuk tidur, tanpa makan dan buang air.

"Biasanya tidak ngompol atau BAB waktu tidur, pasien bisa bangun untuk itu (BAB dan BAK) dan makan," kata dia.

Ia menjelaskan sindrom ini biasa terjadi pada anak yang berusia remaja dan tidak akan berlangsung selamanya. Menurutnya sindrom ini bisa sembuh seiring berjalannya waktu.

"Biasanya mulai usia remaja atau usia sekolah, bisa menghilang setelah dewasa," terang dia.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Taufiqurrahman, Luthfia Ayu Azanella | Editor : David Oliver Purba, Sari Hardiyanto)

https://surabaya.kompas.com/read/2021/04/09/061600178/mengenang-rau-bocah-2-tahun-yang-alami-sindrom-putri-tidur-16-bulan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke