Salin Artikel

Keripik Pare Buatan Eny, Tidak Pahit, Laku hingga ke Hongkong

MADIUN, KOMPAS.com - Bagi sebagian orang, pare menjadi salah satu sayur yang kurang disukai karena rasanya yang pahit.

Padahal, pare memiliki manfaat pengobatan penderita diabates, menurunkan kadar gula hingga melawan penyakit cacing.

Namun, ditangan Eny Setiyowati (39), warga Kelurahan Nambangan Kidul, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, sayur pare yang berasa pahit diolah menjadi makanan ringan dengan aneka cita rasa yang menggiurkan.

Bahkan, sayur pare yang diolah menjadi keripik besutan ibu beranak satu itu laris manis diborong pembelinya hingga luar negeri.

Saat ditemui di rumahnya di kediamannya, Rabu (24/3/2021) kemarin, Eny mengaku tidak menyangka keripik pare buatannya mendapat sambutan hangat dari pasar.

Sebab, sebelum memproduksi dalam jumlah yang banyak, Eny hanya iseng-iseng membuat terobosan baru penjualan keripiknya.

“Sebelum jual keripik pare saya sudah produksi rempeyek kacang. Lama jual rempeyek kacang saya memiliki ide untuk membuat keripik yang beda dengan UMKM lainnya. Dan akhirnya tercetus ide membuat keripik pare diakhir tahun 2017,” kata Eny.

Dari ide itu, Eny langsung berbelanja di pasar. Satu kilogram pare mentah dipasaran berkisar Rp 8.000.

Awal membuat keripik pare, Eny sempat gagal menghilangkan rasa pahitnya. Kendati demikian, Eny tak menyarah begitu saja.

Lalu ia mencari aneka bumbu yang dapat menghilangkan rasa pahit pare hingga akhirnya menemukan olahan yang pas untuk membuat keripik pare.

Rupanya Eny menggunakan garam untuk menghilangkan rasa pahit pada pare. Caranya pare direndam dengan air garam selama delapan jam.


Setelah direndam lalu pare dilumuri tepung baru digoreng hingga menjadi sebuah keripik yang renyah dengan aneka rasa.

Berhasil menemukan bumbu yang pas untuk membuat keripik pare, Eny memberanikan diri menjual keripik pare produksinya. Tak diduga awal produksi, banyak orang yang tertarik dan membeli kudapan itu.

Untuk menjual keripik pare itu, Eny menawarkan melalui media sosial Facebook di akun pribadinya @enysetyowati.

Dari promosi di media sosial, rupanya mulai banyak orang yang memesan keripik pare besutannya.

“Teman-teman saya yang bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di Hongkong juga ikut memesan keripik pare ini. Dan sudah dua kali saya mengirim paket keripik pare di Hongkong,” ungkap Eny.

Sementara untuk penjualan di wilayah nasional, kata Eny, paling banyak konsumennya dari wilayah Jakarta, Bandung, Depok, Tangerang hingga Surabaya.

Banyaknya pembeli dari luar daerah lantaran mengetahui produk keripik parenya dari media sosial.

Untuk penjualan setiap bulannya, keripik pare dengan nama Shivatus buatan Eny terjual hingga 20 kilogram.

Eny memberikan nama keripik diambil dari nama anaknya Shivana Aminatus Azzahra.

Keripik pare produksinya kini tersedia dengan berbagai varian rasa mulai original, balado, balado pedas manis, balado ekstra pedas, keju, BBQ, sapi panggang, dan ayam panggang.


Keripik pare yang dikemas dalam plastik dijual mulai dengan kemasan kecil 65 gram dengan harga Rp 6.000 hingga kemasan besar dengan harga harga Rp 70.000 untuk rasa original dan Rp 80.000 untuk varian rasa.

Eny bersyukur dari hasil penjualan keripik parenya itu dapat membeli obat-obatan serta memenuhi biaya perawatan ibunya yang kini sakit stroke.

Tak hanya itu, hasil jualan keripik parenya dapat membantu perekonomian keluarganya karena suaminya bekerja di bengkel di Surabaya. Suaminya pun baru pulang ke Madiun dalam sebulan sekali.

Meski di tengah pandemi Covid-19, Eny tak berputus asa berjualan keripik parenya.

Ia terus berproduksi meski tidak dalam jumlah yang banyak asalkan bisa membantu perekonomian keluarga.

“Meski di tengah pandemi saya berharap produk saya makin dikenal banyak orang dan makin banyak yang membeli,” ungkap Eny.

https://surabaya.kompas.com/read/2021/03/25/181136478/keripik-pare-buatan-eny-tidak-pahit-laku-hingga-ke-hongkong

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke