Salin Artikel

Cerita di Balik Semangkuk Soto Seharga Rp 1.000, Berawal Niat Tulus Kakak Adik, Digemari Pelanggan

Warung soto yang berdiri di depan SMAN 6 Kota Madiun itu sekilas tampak biasa. Di gerobak sotonya terlihat berbagai menu dan tulisan sewu mawon (seribu saja).

Warung soto itu memang diberi nama Sewu Mawon (seribu saja) sesuai dengan harga menu yang dijual.

Sugianto dan Agus sudah dua bulan terakhir berjualan di pinggir Jalan Thamrin. Mereka menjual semangkuk soto dengan harga Rp 1.000.

Harga semangkuk soto itu sangat murah. Rata-rata, warung lain menjual semangkuk soto dengan harga di atas Rp 5.000.

Setiap harinya, kakak beradik itu membuka lapak mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB.

Namun, keduanya telah datang ke lokasi jualan sejak pukul 04.00 pagi untuk mempersiapkan dagangan.

Karena harganya yang murah, soto yang dijual kakak beradik itu sudah ludes sebelum pukul 11.00 WIB.

Niat tulus kakak beradik berawal dari ide sang ibu

Sugianto mengaku nekat menjual semangkuk soto dengan harga sangat murah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Namun, alasannya tak cuma itu. Kakak beradik ini ingin membantu warga yang kesusahan selama pandemi Covid-19.

“Kami juga ingin membantu warga yang tidak mampu agar mereka mudah dan murah mendapatkan makanan untuk sarapan di pagi hari. Bahkan kalau ada orang yang tidak mampu kesusahan makan kami undang makan dan tidak usah bayar alias gratis,” kata Sugianto saat ditemui Jumat (5/3/2021).

Niat berjualan soto muncul setelah kakak beradik ini melihat banyak orang yang kehilangan pekerjaan selama pandemi Covid-19.

Di sisi lain, mencari pekerjaan bukan perkara gampang.


Suatu hari, ibu mereka, Sukatmi memiliki ide agar kakak adik itu berjualan makanan yang enak. Sukatmi menekankan harga makanan harus murah dan terjangkau bagi masyarakat.

“Setelah berdiskusi dengan adik saya lalu kami putuskan berjualan soto murah sejak 31 Desember 2020. Jualan itu akan membantu orang-orang yang lagi kesusahan di masa pandemi,” kata Sugianto.

Modal Rp 1 juta

Untuk mewujudkan niat itu, Sugianto merogoh tabungan saat bekerja sebagai pelayan di sebuah angkringan. Mereka mengeluarkan modal sekitar Rp 1 juta untuk berjualan.

Awalnya, tak banyak yang membeli dagangan mereka. Sepekan berjualan, warung lesehan mereka mulai ramai dikunjungi pembeli.

Semangkuk soto seharga Rp 1.000 itu tak hanya berisi kuah dan nasi. Ada suwiran ayam, potongan kol, dan sedikit sambal, di dalam mangkok itu.

Selain menjual menu soto, Sugianto dan Agus menyediakan makanan pendamping seperti sundukan usus, gorengan tempe, hingga teh hangat.

Harga makanan pendamping dan minuman itu juga Rp 1.000.

Rata-rata pelanggan yang datang ke warung soto Sewu Mawon itu hanya menghabiskan uang sekitar Rp 5.000.

Pelanggan yang sering menyantap nasi soto di warungnya pun beraneka macam.

“Pelanggan kami beraneka macam. Ada pelajar, pengayuh becak, petugas kebersihan maupun pedagang keliling,” kata Sugianto.

Meski sudah punya banyak pelanggan, kakak adik itu sadar keuntungan berjualan semangkuk soto seharga Rp 1.000 sangat kecil.


Sehingga, dirinya menjual makanan pendamping seperti gorengan untuk mendapat sedikit keuntungan.

“Kalau kami berjualan soto semangkuk harga Rp 1.000 hanya balik modal saja alias impas. Keuntungannya dari hasil jual gorengan, sundukan, dan minuman. Omzet kotor dalam sehari berkisar Rp 400.000 hingga Rp 450.000,” ujar Sugianto.

Digemari pelanggan karena enak

Ternyata, soto buatan kakak adik itu hanya digemari karena harga yang murah. Bagi pelanggan, rasa soto buatan Sugianto dan Agus enak.

Salah satu pelanggan, Kasman tertarik membeli soto itu setelah mendengar cerita dari temannya.

“Setelah saya buktikan memang benar-benar murah. Keberadaan warung soto ini memang cocok untuk masyarakat kecil yang kesusahan di masa pandemi saat ini,” ujar Kasman yang tinggal di Jalan Bali, Kota Madiun.

Berbekal uang Rp 3.000, Kasman mendapat menu sarapan yang terbilang lengkap. Padahal, kalau di warung lain, uang itu hanya bisa digunakan untuk membayar satu gelas teh hangat.

(KOMPAS.com - Penulis: Muhlis Al Alawi | Editor: Robertus Belarminus)

https://surabaya.kompas.com/read/2021/03/06/104704278/cerita-di-balik-semangkuk-soto-seharga-rp-1000-berawal-niat-tulus-kakak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke