NGAWI, KOMPAS.com - Dua pekan terakhir, warga Desa Bangunrejo Lor, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur tampak sibuk mencari entung jati.
Tak hanya untuk dikonsumsi sendiri, entung jati juga menghasilkan cuan bagi warga setempat.
Bahkan, bila beruntung, satu warga dapat meraup cuan hingga Rp 750.000 per harinya.
Peminat serangga musiman yang memiliki kandungan protein tinggi itu banyak.
Baca juga: Temuan Ulat dalam Menu MBG di Bangkalan Disebut Bisa Dimakan, Ini Kata Pakar Serangga IPB
Yeyen, seorang pencari entung warga Desa Bangunrejo Lor menyatakan bahwa musim entung jati biasanya terjadi saat pergantian musim kemarau ke musim penghujan.
Untuk mendapatkan entung itu, warga tak kesulitan.
“Entung tinggal ambil di tanah yang ada di atasnya ada pohon jati. Karena entung jati berasal dari ulat jati yang hidup dan memakan daun pohon jati. Setelah memakan daun pohon jati, ulat akan turun ke tanah untuk membuat sarang. Selanjutnya, ulat berdiam diri hingga berubah menjadi entung,” ujar Yeyen, Kamis (20/11/2025).
Menurut Yeyen, bila telat mengambilnya, entung akan berubah menjadi kupu-kupu.
Biasanya, proses entung menjadi kupu-kupu berlangsung sekitar satu minggu.
Saat musim entung jati, kata Yeyen, penghasilan warga setempat bisa bertambah.
Dalam sehari, Yeyen bisa menjual hingga 10 kilogram jika stok sedang banyak.
Satu kilogram entung, Yeyen menjualnya dengan harga Rp 75.000.
Baca juga: Angin Kencang Terjang Ngawi, Pohon Jati Tumbang Timpa Kafe
Bila mendapatkan 10 kilogram, maka Yeyen meraup cuan Rp 750.000 dalam satu hari. “Kalau pas banyak, bisa dapat uang sampai Rp 750.000,” kata Yeyen.
Bila musim entung tiba, warga berbondong-bondong memasuki hutan jati.
Mereka mengumpulkan entung untuk dijadikan lauk pauk hingga dijual dengan harga tinggi.