Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pekerja Migran Asal Ngawi Stroke dan Koma di Taiwan, Keluarga Minta Pemerintah Pulangkan ke Tanah Air

Kompas.com, 18 November 2025, 22:46 WIB
Muhlis Al Alawi,
Icha Rastika

Tim Redaksi

NGAWI, KOMPAS.com - Derita stroke yang dialami Tumini (52) di Taiwan, seorang pekerja migran Indonesia asal Desa Teguhan, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, membuat keluarganya gelisah.

Keluarga meminta pemerintah membantu agar Tumini segera dipulangkan ke Indonesia setelah kondisinya membaik.

Riana Tika, putri Tumini menyatakan, kondisi ibunya saat ini di Taiwan hanya bisa berbaring dan tidak sadarkan diri. Ia dirawat di salah satu rumah sakit di Taiwan.

Keluarga pun berharap kondisi Tumini segera membaik dan segera dipulangkan ke Tanah Air.

“Kami dari keluarga kini memohon bantuan (pemerintah) agar ibu saya dapat dipulangkan ke tanah air setelah kondisinya membaik. Dengan demikian, ibu saya dapat dirawat lebih lanjut di sini,” ujar Riana, Selasa (18/11/2025).

Baca juga: Menteri P2MI: Orang Berpikir Pekerja Migran adalah Pembantu Rumah Tangga, Ini Paradigma Lama

Menurut Riana, ibunya dirawat intensif di Rumah Sakit Veteran (Roncong Taicung), Taiwan, setelah mengalami pendarahan pada otak atau stroke, sejak Sabtu (8/11/2025).

Sebelum dilarikan ke rumah sakit, Tumini, yang kesehariannya bekerja sebagai perawat di panti jompo di Taiwan itu dikabarkan jatuh saat keluar dari kamar mandi hingga tak sadarkan diri.

"Kami mendapat informasi ibu terjatuh setelah keluar dari kamar mandi. Saat ditemukan, ibu saya dalam kondisi tidak sadarkan diri sehingga langsung dibawa ke rumah sakit,” kata Riana.

Informasi dari pihak rumah sakit di Taiwan, kata Riana, Tumini belum sadarkan diri sejak sepuluh hari yang lalu.

Untuk menjaga Tumini dirawat di rumah sakit Taiwan, keluarga dibantu oleh relawan sesama pekerja migran.

Baca juga: BP3MI Banten Ungkap 2 Kasus Pemalsuan E-PMI, 1 Calon Pekerja Migran Gagal Berangkat

Kepala Desa Teguhan, Supriono, yang dihubungi terpisah, menyatakan bahwa Tumini sudah bekerja di luar negeri selama sepuluh tahun.

Namun, saat ini, kondisi Tumini mengalami sakit stroke dan koma. “Kondisi ibu Tumini saat ini koma karena pembuluh darahnya pecah, seperti stroke," kata Supriono.

Terhadap kejadian itu, Supriono mengatakan, pemerintah desa sudah berupaya menjembatani komunikasi dengan pihak-pihak terkait.

Dari koordinasi itu, diharapkan dapat membantu salah satu warganya itu segera dipulangkan dari Taiwan ke Indonesia.

“Kami terus berkoordinasi dengan berbagai pihak agar Tumini dapat segera dipulangkan,” ujar Supriono.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau