Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lahan untuk Pembangunan Sekolah Rakyat di Kabupaten Malang Ditinjau Ulang Pemerintah Pusat

Kompas.com, 27 Agustus 2025, 18:47 WIB
Imron Hakiki,
Icha Rastika

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com – Lahan-lahan yang diproyeksikan akan dibangun Sekolah Rakyat di Kabupaten Malang ditinjau ulang oleh pemerintah pusat.

Sebab, ada satu dari dua lahan yang diajukan Pemerintah Kabupaten Malang dirasa perlu ditinjau ulang. 

Lahan yang dimaksud yakni lahan yang berlokasi di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.

Baca juga: Masih Tahap Renovasi, Sekolah Rakyat di Palangka Raya Belum Beroperasi

Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Malang mengajukan dua lahan yang akan dimanfaatkan untuk pembangunan Sekolah Rakyat, yakni di Desa Jeru, Kecamatan Tumpang, dan di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Malang, Pantjaningsih Sri Redjeki mengatakan, lahan yang berada di Desa Srigonco sebenarnya sudah masuk dalam penetapan Kementerian Sosial Republik Indonesia.

Namun, menurut Kantor Staf Kepresidenan, lahan itu perlu ditinjau kembali.

“Alasannya, karena tingkat kemiringan tanahnya mencapai 40 persen,” ungkap Pantja saat ditemui, Kamis (27/8/2025).

Pantja menyebut, pada dasarnya lahan yang berada di Desa Srigonco sudah memenuhi kriteria berdasarkan ketentuan kelas tanah, tanah bukan S1, bukan area sutet, dan tidak jauh dari mata air.

“Tapi dari KSP mempertimbangkan tingkat kemiringan tersebut,” katanya. 

Alhasil, Pemerintah Kabupaten Malang menyediakan lahan alternatif yang berada di Desa Turen, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.

Baca juga: Lahan Terlalu Sempit dan Curam, 2 Lokasi Sekolah Rakyat di Batang Ditolak Kementerian PUPR

Sama seperti lahan yang berada di Desa Srigonco, lahan yang berada di Desa Turen adalah aset milik Pemerintah Kabupaten Malang.

Kedua lahan yang diajukan, di Desa Jeru dan Desa Srigonco, sekaligus lahan alternatif di Desa Turen, pada Kamis (27/8/2025) ditinjau langsung oleh Plt Deputi V Kantor Staf Presiden, Mayjen TNI (Purn) Harianto.

Ia mengatakan, peninjauan lokasi itu penting dilakukan karena nanti Sekolah Rakyat itu berkaitan dengan sistem.

“Karena proses pembelajaran (Sekolah Rakyat) tidak seperti zaman kita dulu, semua harus pakai laptop, jadi harus ada jaringan internet, kesehatan, termasuk lingkungan. Itu yang nanti akan kita bangun. Jadi, misal kalau tempatnya terlalu jauh dan lain sebagainya, apalagi aksesnya sulit, akan merepotkan orangtua yang akan menjenguk. Jika tidak dipikirkan, maka akan menimbulkan permasalahan baru,” ujarnya saat ditemui di Malang, Kamis.

Dari ketiga yang telah ditinjau, lanjut Harianto, nantinya akan dievaluasi dan dipelajari untuk menentukan lahan yang paling diutamakan.

“Peninjauan ini sebagai bahan laporan dan koordinasi dengan pemerintah daerah. Nanti kita pilih dari ketiga itu yang paling bagus, dan dipilih salah satu,” katanya. 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar yang Curi Perhiasan Emas Bergaji Rp 3 Juta Lebih
Surabaya
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Syukur Aziz Jalani Hidup dengan Upah Rp 1.300 per Barang sebagai Kurir Paket
Surabaya
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Hujan Deras, Tanah Longsor Timpa Rumah Warga di Madiun
Surabaya
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Pegawai Honorer RSUD Kota Blitar Jual Emas Curian untuk Beli Ponsel dan Cincin
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau