PASURUAN, KOMPAS.com - Puluhan ekor babi di Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, mati mendadak dalam dua pekan terakhir.
Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan peternak babi, yang khawatir kematian tersebut dapat menular ke ternak lainnya.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan kini sedang melakukan pemeriksaan sampel darah babi untuk memastikan penyebab kematian tersebut.
Kematian babi terjadi di dua desa, yaitu Desa Sedaeng dan Desa Wonokitri.
Baca juga: Awal 2025, Puluhan Babi di Sumba Timur Mati akibat Virus ASF
Di Desa Sedaeng tercatat 50 ekor babi mati, sedangkan di Desa Wonokitri sebanyak 20 ekor.
Menurut Kepala Desa Sedaeng, Abdul Hadi, kematian babi berlangsung cepat dan tanpa gejala yang jelas.
"Dari laporan warga, kondisi secara fisik sehat namun tiba-tiba babi kemudian mati bergilir dan cepat," ungkap Hadi, Selasa (11/02/2025).
Di desa tersebut, babi merupakan hewan ternak yang mudah dipelihara. Hampir semua warga memiliki 1-2 ekor babi.
Mereka merawat babi sejak kecil untuk dijual atau disembelih saat ada hajatan.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan, yang telah menerima laporan, segera mendatangi Desa Sedaeng dan Wonokitri.
Baca juga: Babi Mati akibat ASF di Sikka Bertambah Jadi 164 Ekor
Tim melakukan pemeriksaan awal dengan mencari keterangan dari warga, mengamati kondisi kandang, serta mengambil sampel darah dari beberapa ekor babi.
"Sampel darah sudah kami ambil untuk uji di laboratorium dan menunggu hasilnya," kata Ainur Alfiah, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan, Selasa (11/02/2025).
Dari keterangan warga, pihak dinas mencatat bahwa sebagian besar babi di Desa Wonokitri dan Sedaeng berasal dari Kabupaten Malang.
Pada tahun 2021, Kabupaten Malang pernah mengalami wabah yang disebabkan oleh virus African Swine Fever (ASF).
"Kami khawatir babi yang mati itu akibat virus yang sama kemudian menular ke babi-babi milik warga Sedaeng dan Wonokitri," ungkap Ainur.
Sebagai langkah antisipasi penularan, pihak dinas memberikan obat-obatan dan meminta warga melakukan disinfeksi kandang babi.
Baca juga: Ratusan Babi di Sikka Mati Kena ASF, Peternak Rugi Ratusan Juta Rupiah
"Penularan penyakit pada hewan lebih cepat jika kondisi kandang tidak steril atau jarang dibersihkan."
"Imbauan dari kami, peternak secara berkala harus melakukan disinfeksi kandang dan memberi vitamin, agar wabah tidak gampang menular," pungkas Ainur.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang