Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Geng Gemes, Sekolahkan Anak Jalanan dan Yatim Piatu di Surabaya

Kompas.com, 27 Januari 2025, 09:40 WIB
Andhi Dwi Setiawan,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Komunitas Gerakan Mengajak Sedekah Surabaya alias Geng Gemes, berhasil membantu ratusan anak putus sekolah untuk kembali melanjutkan pendidikannya.

Ketua Yayasan Geng Gemes, Hadi Prayitno mengatakan, niat baik tersebut bermula setelah sekelompok orang bertemu untuk berbincang melalui sebuah aplikasi, sekitar tahun 2016 silam.

"Jumlah orangnya ini silih berganti, jadi enggak pasti. Kami punya hobi sama, datang ke rumah anak yatim piatu terus panti asuhan," kata Hadi, ketika dikonfirmasi, Minggu (26/1/2025).

Lalu, Hadi bersama sejumlah temannya tersebut merasa bosan dengan kegiatan Geng Gemes.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk membagi susu dan buku gratis kepada anak-anak di sekitar rel kereta.

Baca juga: Tekan Angka Putus Sekolah, Pemkab Wonogiri Bagikan Seragam Gratis untuk Belasan Ribu Siswa

"Setelah itu kami berkumpul, ketika itu sekitar tujuh orang sepakat, ya udah kita ke sektor pendidikan. Ketika itu membiayai anak-anak yatim piatu agar mereka bisa bersekolah," ungkap dia.

Hadi mengungkapkan, beberapa orang terdekatnya menganggap ide untuk menyekolahkan anak merupakan hal yang mustahil. Sebab, biaya untuk menempuh pendidikan cukup besar.

"Kata orang-orang, ojok (jangan) sok, pendidikan itu begini-begini banyaklah ketakutannya. Tapi kita terus jalan walaupun banyak sanggahan dari beberapa teman," ujar dia.

Akhirnya, Hadi menemukan sebanyak 20 anak jalanan, yatim piatu, dan putus sekolah untuk didaftarkan.

Ternyata, ucapan sejumlah temannya terkait tingginya biaya pendidikan memang benar.

"Tahun pertama bingung, soalnya ditarget Rp 30 juta, uang dari mana? Untungnya ada donatur, tahun berikutnya tambah ngeri Rp 50 juta, berikutnya Rp 100 juta, terakhir Rp180 juta," ucap dia.

Baca juga: Babas Si Remaja Disabilitas yang Buka Jalan buat Ambulans Putus Sekolah karena Lawan Perundungan

"Itu daftar ulang saja, itu bukan bulanannya. Apa pun yang dibutuhkan, Geng Gemes Insha Allah akan berikan, yang penting dia mau sekolah. Kecuali makan karena itu urusan keluarganya," tambah dia.

Saat ini, kata Hadi, Geng Gemes sudah berhasil menyambung pendidikan sebanyak 243 anak jalanan, yatim piatu, dan putus sekolah. Mereka mulai dari jenjang SD, SMP, SMA, hingga kuliah.

"Jadi salah satu kampus, rektornya percaya sama kami, jadi pas ada kuota mahasiswa tidak mampu, diutamakan dari Geng Gemes. Kalau enggak salah sampai hari ini ada 18 anak," kata dia lagi.

Lebih lanjut, Hadi menyebut, anak jalanan tidak memiliki tempat untuk kembali ke masyarakat.

Dia berharap, ijazah sekolah menjadi modal agar mereka bekerja serta bersosialisasi.

"Sebenarnya anak jalanan ingin kembali ke masyarakat, tapi mereka tidak tahu caranya. Harapan kami ketika mereka lelah hidup di jalanan, mereka punya senjata, ya ijazah sekolah," tutup dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Ajak Warga Jatim Tanam Pohon, Khofifah: Paling Tidak Tiap Ulang Tahun
Surabaya
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
PTPN Sebut Warga Berstatus Karyawan BUMN di KTP adalah Pekerja Borongan
Surabaya
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Banjir Lahar Semeru, Batu Besar Tutupi Jembatan Limpas, Akses 3 Dusun di Lumajang Terputus
Surabaya
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Alasan Kejari Situbondo Tuntut Kakek Pemikat Cendet 2 Tahun Penjara
Surabaya
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Infrastruktur di Lumajang yang Rusak akibat Banjir Lahar Diperbaiki dengan Skema Patungan
Surabaya
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
SEA Games 2025, Atlet Petanque Asal Kota Pasuruan Sumbang Medali Perunggu
Surabaya
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
131 Jukir Liar di Surabaya Ditangkap Sepanjang 2025
Surabaya
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Gubernur Khofifah: Gula Merah Lumajang Bisa Dijual ke Pasar Internasional
Surabaya
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera, UTM Bebaskan UKT hingga Semester 8
Surabaya
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Curhat Kurir Paket di Banyuwangi, Kena Omel gara-gara Order Palsu
Surabaya
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Khofifah Tinjau Pembangunan 2 Jembatan yang Ambruk di Lumajang, Pastikan Rampung 31 Desember
Surabaya
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Antre 3 Jam di Pasar Murah Pemprov Jatim di Lumajang, Warga Pulang Tangan Kosong
Surabaya
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Unair Terjunkan Bantuan Teknologi dan Tim Manajemen Bencana ke Sumatera
Surabaya
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Banjir Bandang Probolinggo, Puluhan Rumah dan 4 Jembatan Rusak, Ribuan Warga Terisolasi
Surabaya
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Harapan Para Tukang Becak Lansia asal Kota Pasuruan Penerima Becak Listrik: Semoga Diminati seperti Ojek Online
Surabaya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau