KOMPAS.com - Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengeklaim telah bertemu dengan CW (14), siswa SMP Negeri yang melaporkan dugaan perundungan oleh enam teman sekelasnya.
Eri menyatakan bahwa CW, yang melapor ke aparat kepolisian, sebelumnya juga terlibat dalam tindakan jail terhadap teman-temannya.
"Saya baru ketemu anaknya (korban). Saya sampaikan beliau itu adalah pemuda tangguh, beliau ini adalah anak yang berani," kata Eri saat ditemui di Balai Kota Surabaya, Senin (16/12/2024).
Baca juga: Lapor Polisi karena Di-bully, Pelajar SMP di Surabaya Mengaku Dituduh Cemarkan Nama Baik Sekolah
Eri menambahkan bahwa pihaknya mendapatkan informasi bahwa peristiwa yang dialami CW merupakan bagian dari interaksi biasa di antara anak-anak.
Ia menyebutkan, korban juga menjaili teman-temannya sebelum akhirnya dibalas.
"Hal yang terjadi kemarin ini biasa, jadi saat anak-anak bermain, dia (CW) menjaili, dibalas, dan saling balas. Sebenarnya anak-anak yang dijaili dulu, lalu akhirnya bales-balesan," ujarnya.
Namun, Eri mengakui bahwa CW lebih memahami informasi mengenai hukum perundungan dibandingkan dengan teman-temannya.
Akibatnya, CW melaporkan kejadian tersebut ke Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Eri juga memberikan pengertian kepada CW untuk tidak saling mengganggu di sekolah agar para siswa dapat belajar dengan tenang.
Baca juga: Pemkot Sebut Siswa SMPN di Surabaya Korban Bullying Berkebutuhan Khusus
"(Katanya) teman tidak boleh mengganggu saya, tapi dia juga tidak boleh mengganggu teman yang lainnya. Saya juga sampaikan ke CW, kamu ya jangan ganggu yang lainnya," ujarnya.
Selain itu, Eri meminta kepada orangtua CW untuk memberikan perhatian lebih kepada putranya, yang termasuk anak inklusi dengan kemampuan analisis yang luar biasa.
"Kami juga sampaikan kepada keluarganya. Bagaimana keluarganya bisa memberikan perhatian pada dirinya, yang memiliki kemampuan menganalisis yang luar biasa," ucapnya.
Sebelumnya, kuasa hukum korban, Johan, mengungkapkan bahwa kliennya telah mengalami perundungan sejak awal masuk sekolah, ketika bertemu dengan keenam pelaku.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang